Masjid 20 Kubah Turki, Dibangun Berkat Nadzar Sultan Menang Perang Salib

Masjid 20 Kubah Turki, Dibangun Berkat Nadzar Sultan Menang Perang Salib Mihrab dan mimbarnya sangat besar dan artistik. Foto: dok. pribadi

KOTA BURSA, BANGSAONLINE.com Ini bagian kedua tulisan Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, tentang masjid di Turki. Pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya yang juga pengasuh Rubrik Tanya Jawab Islam di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu sedang melakukan kunjungan penelitian ke negara yang sempat populer sebagai negara sekuler itu. Sebagai peneliti, dosen di Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) itu menggambarkan secara detail sejarah dan arsitektur masjid-masjid yang dikunjungi. Selamat mengikuti:

Hari ketiga, Ahad 4 Desember 2022 kunjungan penelitian ke Turki, kami mengunjungi Masjid Agung Bursa (Grand Mosque) Bursa, atau Ulu Camii dalam bahasa Turki. Masjid terbesar di seantero Bursa ini terletak di pusat kota kawasan elite yang saat ini populer dengan Attaturk Boulivard.

Masjid Raya ini mulai dibangun pada 1396 atas prakarsa Sultan Ottoman Yeldirin Beyazid I (1360-1403), 21 tahun sebelum Masjid Hijau Bursa dibangun yang saya laporkan sebelumnya. Masjid ini selesai dibangun sekaligus diresmikan penggunaannya pada 1399. Ini berarti proses pembangunannnya butuh waktu 3 tahun.

Di kalangan wisatawan, masjid indah ini populer dengan masjid 20 kubah. Ini, karena semula memang “bernazar”; jika tentara kaum Muslim yang paduka pimpin menang dalam terakhir yang diberi nama dengan perang Battle of Nicopolis pada 1386, akan membangun 20 masjid di seluruh wilayah kekuasaan Ottoman Empire saat itu.

Tetapi, karena menurut laporan Bendahara Kerajaan, keuangan negara tidak cukup untuk membangun 20 masjid, maka nazar sang Sultan diubah menjadi membangun masjid agung terindah dengan 20 kubah sebagai ciri khasnya.

Tata Ruang dan Arsitekturnya

Masjid Agung ini -atas instruksi Sultan-, dirancang pembangunannya oleh arsitek terhebat saat itu: Ali Necgar. Dialah yang mendesaian, mengatur tata ruang dan mendekorasi bagian-bagiannya agar tampak berwibawa dan indah, baik tampilan luarnya (eksterior) maupun keindahan pada bagian dalamnya (interior).

Secara global masjid yang luasnya 3000 meter persegi ini dari luar tampak anggun dengan tampilan 20 kubah model Romawi dan dua menara kembar yang dikembangkan dari model menara Persia. Pahatan dan ukiran batu marmer berwarna putih menguning membuat mata merasa nyaman dan dingin memandangnya.

Secara global lantai masjid berbentuk segi empat, dengan pemancangan 40 tiang, karena setiap kubah disangga oleh 2 tiang. Empat tiang di antara 20 itu berukuran raksasa yang berfungsi untuk menyangga kubah tengah yang berukuran lebih besar.

Pada bagian selatan, yaitu lantai di belakang mihrab dipancang 10 tiang lagi. Dengan demikian masjid ini disangga 50 tiang yang dilapis batu marmer berwarna krem dengan pahatan halus dan indah. Pola penataan tiang dan kepaduan warna tiang dan permadani yang dihampar membuat jamaah yang salat, zikir dan iktikaf di masjid merasa nyaman dan krasan.

Rupanya masjid besar ini sengaja membagi dua strata jamaah: VVIP, Vip dan umum. Jamaah VIP yang dimaksud -semula adalah sultan dan para pejabatnya-. Nah... hamparan lantai berukuran sekitar 10×10 m yang terletak sejajar dengan mihrab dibuat lebih tinggi, 100 cm dibanding lantai kanan kiri dan belakang. Bagian lantai ini sampai sekarang dipagari kayu berukiran indah.

Mihrab dan mimbarnya sangat besar dan artistik. Foto: dok. pribadi)

Jamaah umum dilarang masuk ke lantai VVIP ini. Sedang lantai VIP berada di belakang sebelah kiri panggung VVIP pada bagian depan yang lurus dengan saf pertam sampai ke ketujuh berukuran sekitar 10×20 . Lantai ini juga ditinggikan sejajar dengan lantai VVIP. Saf-saf di lantai ini dikhususkan untuk pejabat dan ulama dan tokoh berpengaruh Bursa.

Pasca kekhalifahan tumbang, fungsi dua lantai ini disiapkan untuk para pejabat tinggi, para tamu negara untuk VVIP, serta pejabat, ulama lokal, tokoh masyarakat dan para tamunya. Sedang sisa lantai dari dua ruang yang dibuat lebih rendah dan rata untuk digunakan untuk jamaah secara umum tanpa perbedaan. Pola pengaturan saf seperti di atas terus berlaku sampai sekarang.

Ada tiga ruang penting dalam sejarah setiap masjid yang selalu menjadi perhatian khusus para arsitek dan penggagas pembangunan masjid.

Pertama, mihrab tempat khusus imam ketika memimpin salat jamaah.

Kedua, mimbar tempat khatib atau pemimpin menyampaikan pidatonya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO