SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Panglima Santri NU, Habib Umarsyah, menyambut bahagia peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun ini dengan mengeluarkan pesan-pesan penting.
Ketua PCNU Surabaya itu mengingatkan, tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak lepas dari perjuangan kaum santri dan ulama pesantren, dari masa penjajahan hingga Indonesia Merdeka dan mempertahankan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.
Baca Juga: Digawangi Perempuan Muda NU, Aliansi Melati Putih se-Jatim Solid Menangkan Khofifah-Emil
"Janganlah kita melupakan jasa-jasa para ulama dan kaum santri. 1. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berkat perjuangan bangsa Indonesia dan peran aktif dari umat Islam, terutama kaum santri. Di bawah ketokohan Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com, Kamis (17/8/2023).
Ia menekankan pentingnya bangsa Indonesia bukan hanya mengingatkan tentang perjuangan bangsa Indonesia, khususnya peran umat Islam.
"Jasmerah (Jangan sekali-sekali melupakan sejarah), melainkan juga Jashijau (Jangan sekali-sekali menghilangkan jasa para ulama) dalam perjuangan bangsa Indonesia," ucap salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT
Habib Umarsyah juga mengingatkan, tegaknya negara kita tak lepas dari Fatwa Jihad dan Resolusi Jihad NU dalam mengobarkan semangat perjuangan dan menegakkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Terkait hal itu, PCNU Surabaya pada Selasa 15 Agustus 2023, pk 19.30WIB, menggelar Orasi Kebangsaan menampilkan sejumlah pakar dan sejarawan kota Surabaya. Mereka antara lain, DR Wasid SS, MPhil.I (Dosen Sejarah UIN Sunan Ampel) dan Rojil Nugroho Bayu, SHum, MA (Sejarawan Universitas Negeri Surabaya).
Habib Umarsyah, yang kini diamanahi sebagai Ketua PCNU Surabaya, ditetapkan sebagai Panglima Santri NU 2023 oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Habib Umarsyah sebagai salah satu Ketua di PBNU mendapatkan tugas khusus untuk mengkonsolidasikan seluruh santri se-Indonesia.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat
Panglima Santri NU merupakan gelar tahunan yang diberikan oleh PBNU dan akan berganti setiap tahun. Jadi Habib Umarsyah adalah panglima santri yang asli. Selama ini ada panglima santri tapi politis. PBNU memberi gelar Panglima Santri setiap tahun jelang Hari Santri.
Di PBNU, pengangkatan panglima santri NU memang sekaligus menandai akan dimulainya rangkaian kolosal Peringatan Hari Santri secara nasional yang tahun 2023 ini akan dipusatkan di Surabaya.
Akan ada jutaan santri dari beragam penjuru negeri yang hadir dalam peringatan hari santri di Surabaya tahun ini.
Baca Juga: Panas! Saling Sindir soal Stunting hingga 'Kerpek' Catatan Warnai Debat Terakhir Pilbup Jombang 2024
Dengan kedudukan sebagai Panglima Santri, Habib Umarsyah bertanggung jawab mengkonsolidasikan santri-santri NU se-Indonesia.
Sebagai Panglima Santri NU, Habib Umarsyah menyampaikan pesan-pesan penting. Berikut di antara pesan-pesan tersebut:
1. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berkat perjuangan bangsa Indonesia dan peran aktif dari umat Islam, terutama kaum santri. Di bawah ketokohan Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari.
Baca Juga: Lazisnu Surabaya Jadi Perantara Kebaikan
2. Pendiri Pesantren Tebuireng Jombang dan Rais Akbar Nahdlatul Ulama dan Rais Akbar Umat Islam Indonesia, Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari adalah Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia. Lewat fatwanya, menekankan adanya Ukhuwah Islamiyah (ikatan persaudaraan di antara umat Islam) sehingga mampu menyatukan Islam sebagai kekuatan utama dalam perjuangan Indonesia merdeka.
3. Dalam suasana terjajah di zaman Hindia Belanda, selain mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari memberikan spirit berdirinya Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI), di antara kader-kadernya mampu menyatukan pelbagai elemen umat Islam dari wadah dan organisasi yang berbeda: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Sarekat Islam, dll pada 1937.
4. Pada zaman pendudukan Jepang, wadah federatif organisasi Islam MIAI dibekukan atau dibubarkan pada November 1943. Namun, akhirnya berdirilah Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masjumi), dengan Rais Akbar Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari.
Baca Juga: Barisan Jawara Deklarasi Dukung Khofifah-Emil
5. Sebagai Rais Akbar Islam Indonesia, Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari tidak berorientasi kekuasaan akan berdirinya negara Republik Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, telah menggariskan nama Ir Soekarno sebagai presidennya.
Dalam sehari-hari atas aktivitas organisasi, ditugaskanlah KH Wahid Hasyim di Jakarta.
6. Para santri digembleng lewat pelatihan di Pembela Tanah Air (PETA) dan secara resmi di bawah Masjumi ada pelatihan Barisan Hizbullah di Cibarusah pada masa pendudukan Jepang. Hasil gemblengan di PETA dan Hizbullah inilah, para santri mempersiapkan diri dengan kemampuan bersenjata dan kemiliteran sebagai modal di kemudian hari untuk berjuang secara fisik.
Baca Juga: Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan Jadi Tuan Rumah Monev Kanwil Jatim
7. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 mendapat gangguan dari kekuatan NICA (Belanda) yang membonceng tentara Sekutu untuk menjajah kembali Indonesia. Lahirlah Fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy'ari dan Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945, sebagai pengobar Api Revolusi dan Penegak Berdirinya NKRI.
8. Resolusi Jihad NU 1945 menjadi "panglima" dalam pertempuran Surabaya berpuncak pada 10 November 1945, didukung penuh kaum santri yang secara organik lewat Barisan Hizbullah, Barisan Sabilillah, dan alumni PETA yang masuk dalam kelaskaran bersama Arek-Arek Surabaya.
8. Resolusi Jihad NU 1945, didukung kekuatan Islam lainnya dan menunjuk Hadlratussyaikh sebagai Rais Akbar Islam Indonesia, menjadi tonggak penting sejarah Tegak Berdirinya NKRI.
Baca Juga: Khofifah dan Eri Cahyadi Kompak Hadiri Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW di GBT
9. Memperkuat kembali Resolusi Jihad NU pada 1945, dalam suasana negara yang terus berkecamuk pada Muktamar NU di Purwokerto 1946, NU mengeluarkan Resolusi Jihad NU, sehingga menjadi pengobar masa-masa Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) hingga berakhir lewat keutuhan dan tegaknya negara, serta berjuangan diplomasi pada Desember 1949.
10. Dalam mengisi kemerdekaan, NU mengabil peran dalam menjaga keutuhan tegak berdirinya NKRI. Saat terjadi pemberontakan di sejumlah daerah, NU menjadi kekuatan untuk menyatukan umat Islam untuk melawan gerakan separatis. Meskipun pada masa Orde Baru peran NU dipinggirkan, namun komitmen NU untuk menjaga keseimbangan sebagai kekuatan Islam moderat tak pernah goyah.
11. Menyadari peran penting sebagai penanam saham terbesar bagi berdirinya NKRI dan keutuhan Bangsa Indonesia, NU akan terus mengawal dan menjadi benteng terdepan membela NKRI. NKRI Harga Mati! (mdr/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News