Al-Quran tentang Makna Digital

Al-Quran tentang Makna Digital Suhermanto Ja'far. Foto: UINSA

Oleh:

Setiap Ramadlan, dimensi sakralitas bulan suci ini sangat terasa. Ini karena banyak keutamaan dan barokah yang menyertai bulan ini. Bulan yang penuh maghfiroh, bulan yang menjadi turunnya al-Qur’an. 

Baca Juga: Hari Keluarga Internasional, Khofifah Kutip Al-Quran dan Mahatma Gandhi: Al Ummu Madrasatul Ula

Bahkan terdapat satu malam yang setara dengan seribu bulan yang disebut malam Laila al-Qadar. 

Tulisan ini akan mengeksplorasi gagasan al- Qur’an tentang digital. Adakah hubungannya al-Qur’an dengan Teknologi Digital.

Teknologi digital hadir begitu dekat dalam lingkungan kita, bahkan telah merasuki semua sendi kehidupan manusia.

Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran

Pada era digital memungkinkan seluruh entitas di dalamnya untuk saling berkomunikasi kapan saja secara real time dengan memanfaatkan teknologi internet.

Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).

Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).

Baca Juga: Buka Puasa Bersama Yayasan Khadijah, Khofifah: Ilmu Pengantar Kesuksesan Dunia Akhirat

Secara umum, pengertian digital adalah suatu sinyal atau data yang dinyatakan dalam serangkaian angka 0 dan 1, dan umumnya diwakili oleh nilai-nilai kuantitas fisik, seperti tegangan atau polarisasi magnetik. Digital menggambarkan teknologi elektronik yang menghasilkan, menyimpan, dan memproses data dalam dua kondisi: positif dan non-positif. Positif dinyatakan atau diwakili oleh angka 1 dan non-positif oleh angka 0. Dengan demikian, data yang dikirimkan atau disimpan dengan teknologi digital dinyatakan sebagai string 0 dan 1. Masing-masing digit status ini disebut sebagai bit (dan serangkaian bit yang dapat ditangani komputer secara individual sebagai grup adalah byte).

Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut system digital ini.

Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifat, yaitu baik dan buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini.

Baca Juga: Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem

Islam memandang persoalan di atas merujuk pada sumber utamanya yaitu al- Qur’an. Al-qur’an bukan lah teori, filsafat ataupun sains, tetapi Hudan yaitu petunjuk. Karena sebagai petunjuk (guidance), maka al-Qur’an menggunakan bahasa konotasi, metafora maupun alegoris. Al-Qur’an mempunyai language game sendiri. Bagi kelompok Islam apologetik, Al-Qur’an sudah lengkap memuat ajaran tentang segalanya.

Secara ontologis mungkin bisa dibenarkan ungkapan ini. Tetapi secara epistemologis, realitas dinamika kehidupan dengan segala perkembangannya termasuk sains dan teknologi merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita negasikan ataupun ditolak keberadannya.

Perlu kita ketahui bersama bahwa al-Qur’an dengan segala paradigmanya melahirkan Islamic sciences sedangkan alam dan dunia dengan segala paradigmanya melahirkan natural, social dan humaniora sciences. Al-Qur’an dan Alam merupakan ayat Tuhan yang saling melengkapi dan berjalan seiring bagaikan suatu sistem dan saling memberikan umpan balik keduanya. Al-Quran sebagai ayat Qauliyah dan Alam sebagai ayat Kauniyahnya. Keduanya berkembang secara simultan. Tidak ada dominasi dan subordinasi keilmuan keduanya.

Baca Juga: Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang

Makna digital jika dikaitkan dengan otomatisasi, maka pertama, cenderung identik dengan mekanistis. Teknologi digital sebagai produk cybernetic (epistemologi terapan) merupakan upaya manusia melakukan memesis (Plato), tiruan atau copy dari alam semesta yang diciptakan Tuhan secara mekanistis.

Epistemologi terapan (cybernetics) baik orde pertama maupun orde kedua mencoba merangkai suatu sistem yang terdiri dari rangkaian sirkuit dengan model dan cara kerja alam semesta. Sehingga dunia digital merupakan copy dari alam semesta.

Alam semesta yang terdiri dari atom-atom yang dapat diamati yang mengelompok bersama untuk membentuk benda-benda bukan lagi satu-satunya jenis alam semesta yang mungkin dimiliki seseorang dalam konsepsi. Dengan dunia maya yang terdiri dari angka- angka nonfisik, kita disuguhkan dengan dimensi baru yang ada di lingkungan kita.

Baca Juga: Selama Ramadhan, Polres Jember Gelar Patroli Kamtibmas

Disebutkan dalam surah Yasin [36] ayat 38: 9; “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Menurut Al-Quran, keseluruhan alam semesta dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS Az-Zariyat [51]:7).

Kedua, Digital sebagai produk cybernetics lebih bermakna bahwa Semesta tercipta teratur karena ada juru kemudinya (arti awal cybernetics). Ini diperkuat dengan rrgumen argumen kosmologi dan teleologis klasik. Keteraturan sistem kosmos yang berjalan sesuai dengan garis edarnya dan tidak berbenturan merupakan suatu argumen yang melihat bahwa kosmos berjalan tidaklah dengan sendirinya tetapi ada yang mengatur, yaitu juru kemudi.

Baca Juga: Jangan Main-Main dengan Kata Kiblat, Ketahui Sejarah Perpindahannya yang Penuh Hikmah

Begitu pula teknologi digital diciptakan melalui sistem, singularitas, logika, algoritma dan sirkuit mesin menjadikan semua berjalan saling melengkapi dan ada umpan balik yang saling ketergantungan antar bagian dalam sistem tersebut, semua berjalan secara kosmologik (teratur) yang identik dengan alam.

Campbell menyebut cybernetika dan teknologi digital sebagai suatu micro kosmos. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: 39;39; “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.

Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Begitu juga argumen teleologis klasik yang beranggapan bahwa alam semesta diciptakan dengan satu tujuan. Alam semesta bergerak mempunyai tujuan, sehingga alam semesta merupakan karya seni terbesar yang membuktinkan adanya A Great Intelligent Designer.

Baca Juga: Kompak! Personel Gabungan dari Polsek Sidoarjo Kota dan Koramil 0816/01 Bagi Takjil ke Masyarakat

Dalam Islam termasuk agama-agama lain sepakat bahwa Tuhan adalah tujuan akhir. Ini juga dibenarkan dalam teknologi digital bahwa tujuan akhir yang diutamakan.

Disamping itu para cybernetician atau para digitalis merupakan pembuat model atau pola dalam rangkaian sistem singularitas dengan semua perangkat mesin, konten dan jaringan. Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 191: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), , Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Alam adalah tajalli Tuhan (penampakan wajah Tuhan) yang meliputi langit dan bumi (analogi Kosmos atau alam dalam al-Qur’an). Alam semesta berjalan sesuai dengan SunnatullahNya, al-Din (Undang undang Tuhan dalam kamus al-munjid) serta qadha dan qadarnya. Sunnatullah-Nya menciptakan suatu lingkungan (termasuk lingkungan digital), sehingga Tuhan disebut dengan al-Muhid. Karena itu, merusak lingkungan semesta berarti merusak “wajah” Tuhan.

Mohammd Iqbal berpandangan secara spiritual dengan merujuk pada Hadits Nabi bahwa kosmos merupakan “Tata laku atau perilaku” Tuhan sendiri. Dunia digital akan membentuk budaya dan lingkungan baru bagi manusia yaitu budaya dan lingkungan digital.

Budaya dan lingkungan digital bagaimanapun, telah menghadirkan peluang baru untuk mempermudah pencarian seseorang akan Tuhan dan membayangkan bagaimana Tuhan bisa hadir di dunia.

Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Penonton Bioskop Disalami, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (18)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO