JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Puluhan korban aplikasi Smart Wallet menggeruduk rumah salah satu anggota DPRD Jombang berinisial AT, yang berada di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Senin (1/4/2024).
Kedatangan mereka ke rumah AT selaku Direktur Smart Wallet Cabang Jombang, tak lain meminta pertanggungjawaban terkait uang yang digunakan sebagai modal investasi di aplikasi tersebut.
Baca Juga: Gunakan Barcode Palsu, Polres Jombang Tangkap 3 Orang yang Bakal Timbun 8.000 Liter Solar Bersubsidi
Mereka meminta agar uang yang terlanjur diinvestasikan agar dikembalikan.
Informasi yang dihimpun, AT marupakan anggota DPRD Jombang dari partai Perindo.
Pantauan di lapangan, puluhan korban mendatangi rumah AT sejak pukul 17:00 WIB. Mereka berkumpul di halaman depan rumah yang sekaligus terdapat toko bangunan milik AT.
Baca Juga: Patroli Gabungan Polres Jombang Amankan 7 Pemuda Pesta Miras dan 160 Botol Minuman
Mereka berkumpul karena mendapat informasi bahwa hari ini AT akan menemui mereka, setelah dua hari ada tugas luar kota.
Salah satu korban, Juned, mengungkapkan kedatangannya meminta pertanggungjawaban dugaan penipuan yang dialaminya.
"Kita sepertinya kena tipu, yang katanya smart wallet ini menguntungkan, tapi ternyata banyak merugikan korban-korbannya," ucapnya pada wartawan.
Baca Juga: Banjir di Jombang Tak Kunjung Surut, Jumlah Pengungsi Bertambah
"Kalau korbannya lebih dari lima ratus orang, Mas, dengan kerugian lebih dari ratusan juta," imbuh perempuan 42 tahun ini.
Disinggung kenapa bisa ikut investasi di aplikasi Smart Wallet, Juned mengaku jika dirinya tergiur dengan iming-iming keuntungan yang besar.
"Ini kan ada leader-nya yang iming-iming kita dengan bonus-bonus yang tinggi, dengan bunga yang besar hingga 2 persen nilai tukar USD, bukan rupiah ya. Akhirnya kita ikut join," terangnya.
Baca Juga: Kejagung Tangani Kasus Dugaan Oknum Jaksa Terima Suap di Jombang
Di awal Juned investasi, dirinya merasa senang karena proses withdraw (WD) atau penarikan dana beberapa kali sukses. Semenjak ada event pada 5 Maret 2024, dirinya sudah tak bisa lagi lakukan WD. Korban menderita kerugian sebesar 18 juta rupiah.
"Awalnya sih lancar-lancar saja. Satu, dua, tiga bulan hingga beberapa kali WD oke. Setelah ada even hingga sekarang tak bisa WD, selalu pending. Bahkan, leader-leader yang mengajak kita hubungi mereka angkat tangan, gak ada yang mau tanggung jawab," katanya.
Baca Juga: Afvour Watudakon Jombang Meluap, Ratusan Rumah Warga Terendam
Senada dengan Tiami (55), yang menjadi korban dengan total investasi mencapai puluhan juta rupiah. Malahan, ia mengaku belum pernah WD sama sekali semenjak ikut investasi pada 25 Januari 2024.
"Awal ikut bulan Januari 4 juta, kedua ngisi lagi tanggal 2 Maret 25 juta, terus tanggal 14 Maret 20 juta dan terakhir 2,5 juta. Pokoknya total semuanya 55 juta belum pernah WD," terangnya.
Diungkapkan, saat ada promo even dijanjikan keuntungan hingga 100 persen. Bahkan, korban disuruh mencari mitra baru agar mendapatkan bonus.
Baca Juga: Aplikasikan Teknologi AI, Perumdam Tirta Kencana Jombang Raih Top Digital Awards 2024
"Pertama ikut investasi sebesar Rp500.000, WD sukses, kita nambah saldo lagi dan lagi. Terus ada even kita akhirnya habis-habisan. Istilahnya ngebomlah. Katakanlah modal 20 juta, setelah transfer hari itu juga langsung dapat 20 juta, terus ada bonusnya lagi 10 juta, jadi total menjadi 50 juta," tukas Tiami.
Sebagai korban, akhirnya mereka terpaksa mencari jalan keluar sendiri dengan mendatangi rumah yang mengaku sebagai direkturnya smart wallet. Mereka menginginkan agar dikembalikan modalnya saja. Sedangkan untuk bonus-bonus yang dijanjikan, mereka tak ambil pusing.
Namun, hingga usai salat tarawih, AT tak kunjung menemui para korban. Rumah itu pun tertutup rapat. Bahkan tak satu pun lampu yang dinyalakan, sehingga nampak gelap.
Baca Juga: 3 Sopir Nyambi Pengedar Sabu Ditangkap Polres Jombang Beserta BB Senilai Rp400 Juta
Merasa tak digubris, para korban akhirnya membubarkan diri dan berencana melaporkan dugaan penipuan ke Polres Jombang. (aan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News