SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemecatan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Budi Santoso, Sp.OG(k), pada Rabu (3/7/2024) kemarin, mendapatkan perlawanan dari para guru besar, dosen, hingga alumni.
Mereka menggelar aksi damai menolak diberhentikannya Prof. Bus -sapaan Budi Santoso- dari jabatan Dekan Fakultas Kedokteran Unair, di lapangan Arca Airlangga, Kamis (4/7/2024) siang.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Pemecatan Prof. Bus disebut-sebut buntut dari pernyataannya yang menolak rencana pemerintah melalui Menteri Kesehatan mendatangkan dokter maupun tenaga medis asing.
Prof. Dr. Med. Puruhito, dr SpB(k) TKV, mantan Rektor Unair tahun 2001-2006 yang hadir saat aksi damai, turut berkomentar terkait program pemerintah yang bakal mendatangkan tenaga medis asing untuk ditugaskan di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Sumatera Utara.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
Menurutnya, Indonesia tidak kekurangan dokter dengan kualitas baik. "Bukan kekurangan, tapi distribusinya saja, produksi kita cukup memberikan jaminan dokter kita baik," ungkap Puruhito kepada wartawan.
Puruhito menceritakan bahwa di Waikabubak, Flores, tidak ada dokter. Dari Labuhan Bajo sampai Ende hanya terdapat dua puskesmas.
"Sulit ya, jadi kita distribusinya saja. Sedangkan kalau di Jakarta ada 30-40 ribu dokter spesialis, yang salah siapa?" katanya menjelaskan.
Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University
Puruhito yakin, bahwa kualitas dokter di Indonesia mampu bersaing dengan dokter asing. Hanya saja Indonesia masih terkendala soal pembiayaan
"Apakah kita mampu bersaing dengan asing? Iya, saya bilang iya, kita gak kalah. Yang kalah apa? Duitnya, pembiayaannya," terang Guru Besar FK Unair tersebut.
Maka, dengan ini pihaknya berharap pemerintah lebih mengutamakan dokter-dokter di Indonesia. "Timbang mendatangkan, mending distribusikan, maksimalkan," imbuh Prof. Puruhito.
Baca Juga: Gala Dinner Pimnas ke-37 Unair, Pj Gubernur Jatim Komitmen Dukung Perkembangan Perguruan Tinggi
Terkait dokter asing di Medan, menurut Puruhito, hal itu sudah biasa terjadi di kalangan dokter, dan atas dasar sukarela, bukan atas dasar permintaan pemerintah.
"Maaf, saya ini ahli bedah jantung, jadi tahu persis apa yang terjadi di Medan. Dan itu sudah saya lakukan waktu membina bedah jantung 50 tahun yang lalu. Tahun 1973 saya datangkan teman-teman luar negeri, guru-guru saya, bahkan sampai sekarang, dari Taiwan dan Jepang. Di Medan, mereka memang datang mungkin atas hubungan tertentu dengan senior di sana. Jadi, tidak ada pemerintah mendatangkan, itu keliru. Maaf, saya bersaksi sebagai ahli bedah jantung yang tahu betul," paparnya menjelaskan.
Baca Juga: AHY Raih Gelar Doktor dari Unair, Khofifah Yakin Bakal Bawa Kebaikan Bagi Bangsa
"Saya tidak yakin pemerintah nyuruh datang. Tapi yang kami ketahui, tim dari Arab memang datang ke Medan atas dasar hubungan senior di Medan dengan tim Arab. Dan mereka datang itu sukarela, bukan main, mereka datang dengan duit mereka, alat mereka, dengan kemampuan mereka. Kita gak keluarkan apa-apa, ya kita terima kasih. Tapi apakah betul itu disuruh pemerintah? Saya sebagai orang praktisi, tidak tahu masalah politik itu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News