Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding

Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno saat tahlil di makam KH Abdul Chalim dalam peresmian desa wisata religi di kawasan makam KH Abdul Chalim, pendiri NU dan pahlawan nasional di Leuwimunding Majalengka Jawa Barat, Selasa (23/7/2024). Foto: M. Mas'ud Adnan/bangsaonline

Saat di Hijaz terjadi gerakan penghancuran situs-situs Islam – termasuk makam Rasulullah dan paham diluar Wahabi - para kiai gelisah. Para kiai kemudian bermusyawarah membentuk Komite Hijaz. Mereka sepakat mengirim utusan menghadap Raja Abdul Aziz yang baru berkuasa. Yang sedang gencar menghancurkan situs-situs Islam, termasuk makam Rasulullah SAW.

Nah, kiai yang mengantarkan surat undangan kepada para kiai itu adalah Kiai Abdul Chalim.

“Kiai yang membentuk Komite Hijaz itu jumlahnya 65 orang. Jadi NU itu didirikan 65 kiai,” tutur pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Aamantul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu.

Kiai Asep juga bercerita bahwa saat Kiai Wahab Hasbullah mengonsep surat undangan kepada para kiai itu Kiai Abdul Chalim sempat bertanya sekaligus memberi masukan.

“Apa tak sebaiknya dalam surat itu juga dicantumkan tujuan kemerdekaan bangsa,” tanya Kiai Abdul Chalim.

Kiai Abdul Wahab spontan menjawab. “Tentu itu yang utama,” jawab Kiai Wahab seperti dituturkan Kiai Asep.

Masih menurut Kiai Asep, dalam musyawarah Komite Hijaz itu ada kiai yang bertanya, surat yang ditujukan kepada Raja Hijaz itu atas nama lembaga apa. Menurut kiai itu, jika atas nama Komita Hijaz khawatir tidak dipedulikan oleh raja Acdul Aziz karena Komite itu artinya Panitia.

“Mas Alwi kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Kata Nahdlah itu diambil dari Nahdlatul Wathon, sedangkan kata Ulama diambilkan dari para kiai yang sedang bermusyawarah itu,” kata Kiai Asep.

Para kiai yang hadir itu kemudian sepakat mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Ini tentu setelah Hadratussyaikh memberi restu kepada Kiai Abdul Wahab Hasbullah yang sebelumnya menunggu restu tak kruang dari 10 tahun. Pemberian restu itu juga tak lepas dari peran Kiai Abdul Chalim yang menjadi mediator dan komunikator antara Kiai Abdul Wahab Hasbulah dan Hadratussyaikh.

Sebab Kiai Abdul Wahab Hasbullah sempat hampir menyerah saat menunggu restu Hadratussyaikh selama 10 tahun. “Hanya ada dua pilihan bagi saya jika guru saya (Hadratussyaikh) tidak memberi restu (mendirikan NU),” kata Kiai Abdul Wahab Hasbullah.

Pertama, bergabung dengan Syarikat Islam (SI) sambil mengadakan perbaikan organisasi dari dalam. Kedua, pulang kampung ke Jombang untuk mengurus pondok pesantren.

Ternyata berkat komunikasi Kiai Abdul Chalim, Hadratussyaikh merestui Kiai Abdul Wahab untuk mendirikan NU.

Dalam sususnan Pengurus PBNU pertama itu terdiri dari Hadratussyaikh sebagai Rais Akbar Syuriah PBNU. Wakilnya Kiai Ahmad Dahlan Ahyat Kebondalem Surabaya.

Sedangkan Kiai Abdul Wahab Hasbullah menjabat Katib Awal (kini Katib ‘Aam) Syuriah PNU.

“Sedang Katib Tsani-nya abah saya, Kiai Abdul Chalim,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep juga bercerita bahwa diusulkannya Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional berasal dari masyarakat. Semula, tutur Kiai Asep, Khofifah Indar Parawansa yang minta agar Kiai Abdul Chalim diusulkan sebagai pahlawan nasional.

Namun saat itu Kiai Asep mengaku masih salat istikharah. Ia khawatir abahnya tak berkenan.

Ternyata Kiai Asep kemudian didatangi Kepala Dinas Sosial Pemkab Majalengka Iwan Dirwan dan jajarannya yang minta izin untuk mengusulkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. 

"Karena permintaan masyarakat ya mungkin itu jawaban salat istikharah itu," katanya. (M Mas'ud Adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO