
“Kita harus waspada agar Indonesia tidak menjadi pasar limpahan barang negara lain yang tidak dapat masuk ke AS,” tuturnya memperingatkan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, salah satu anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni (IKA) ITS itu menyampaikan perlunya ada strategi nasional yang komprehensif dan terstruktur. Ia menyebut enam langkah utama sebagai solusi, yaitu strategi resiprokal cerdas, penguatan produksi dalam negeri, transformasi sumber daya alam menuju ekonomi berbasis pengetahuan, sinkronisasi kebijakan antarsektor, diplomasi ekonomi, dan konsolidasi pelaku bisnis nasional.
Strategi tersebut disusun melalui sinergi antara Pusat Studi PIKP ITS, dan Program Studi Magister, serta Doktor Ilmu Lingkungan, dan Kebijakan Publik (ILKP) ITS yang bernaung di bawah Sekolah Interdisiplin Manajemen Teknologi (SIMT) ITS.
Kolaborasi lintas disiplin ini dilakukan untuk menghasilkan analisis yang komprehensif terhadap dampak dan respons kebijakan tarif tersebut.
Salah satu pilar penting dari strategi ini adalah membentuk jaringan ekspor yang kuat, meniru keberhasilan Korea Selatan dan Jepang dalam membangun National Export Hub sebagai pusat koordinasi ekspor nasional.
“Indonesia dapat membentuk jaringan ekspor yang kuat melalui sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan akademisi,” jelas Arman.
Strategi yang diusulkan Arman mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.