
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Wacana dihidupkan kembali jalur kereta api jurusan Pare-Kediri sempat muncul seiring dengan beroperasinya Bandara Internasional Dhoho (DHX) Kediri.
"Bila ada wacana dihidupkannya lagi jalur kereta api Pare-Gurah-Kota Kediri, tentunya akan disambut suka-cita oleh warga. Lebih-lebih nanti jalur kereta apinya dilanjutkan sampai ke Bandara internasional Dhoho seperti yang ada di Bandara Internasional Yogjakarta, atau Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang," kata Joko, salah satu warga Kecamatan Gurah, Kediri, Sabtu (26/4/2025).
Joko mengatakan, ia memang pernah mendengar wacana dihidupkannya kembali jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Pare-Gurah-Stasiun Kediri, untuk mendukung keberadaan Bandara Dhoho.
"Tapi untuk mewujudkan hal itu, kayaknya kok sulit, dan tentunya memerlukan proses yang panjang. Karena harus membebaskan lagi stasiun Pare dan Gurah serta jalur rel nya yang telah berubah fungsi," ucapnya.
Berdasarkan data yang diperoleh wartawan Bangsaonline di Kediri, Stasiun Gurah dulunya masuk dalam wilayah penjagaan aset VII Madiun (sekarang Daop 7 Madiun).
Stasiun Gurah dibangun pada tahun 1896, oleh Kediri Stoomtram Maatschappij, perusahaan kereta api Hindia Belanda yang beroperasional di sekitar Kediri.
Dahulu, stasiun ini memiliki percabangan rel menuju Brenggolo hingga Djengkol (nama dusun di Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, sekarang) dan digunakan untuk mengangkut tebu. Sayangnya, jalur ini dibongkar oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1943 untuk kepentingan perang.
Hingga pada tahun 1981, Stasiun legendaris ini ditutup, karena prasarana yang sudah tua dan kalah dengan moda transportasi lainnya.
Kini bekas stasiun Gurah telah beralih fungsi menjadi sebuah toko mebel. Selain itu, di kanan kiri stasiun juga sudah berdiri pertokoan, bahkan di atas rel kereta api juga sudah berdiri rumah warga. (uji/msn)