
SIDOARJO,BANGSAONLINE.com - SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) berupaya agar lulusan siswanya mampu bersaing di kancah global. Upaya itu ditempuh Smamda diantaranya dengan mengembangkan empat program unggulan.
Empat program unggulan itu, yakni pertama International Class School, yakni agar siswanya menguasai bahasa Inggris secara aktif. Kedua, Boarding School yang mewadahi siswa luar daerah dengan kurikulum sekolah dan kurikulum asrama.
“Ada Coding Class yang telah dimulai setahun sebelum program nasional diluncurkan. Pengajarnya dari dosen-dosen Informatika Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida),” kata Kepala Smamda Zainul Arifin usai kegiatan apel tahun ajaran baru 20205/2026, Jumat (18/7/2025).
Program keempat adalah Tahfidz Class Program yang mendampingi siswa penghafal Al-Qur’an, dengan fokus menjaga dan menambah hafalan mereka secara berkelanjutan.
Sedangkan bagi siswa yang tidak masuk dalam empat program utama tersebut, Smamda menyediakan Holistic Education (HCP), sebagai wadah pengembangan kecerdasan emosional, spiritual, pendidikan dan non pendidikan, secara seimbang.
“Ada tujuh kelas yang HCP untuk mewadahi anak-anak dari berbagai potensi," jlentrehnya seraya menyebut total ada 12 kelas pada tahun ajaran 2025/2026.
Untuk program unggulan diikuti oleh 50 siswa. Mayoritas siswa tersebut berasal dari luar Sidoarjo. Diantaranya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, Sulawesi, Makassar bahkan ada dua siswa dari Papua.
Selain mengembangkan program unggulan tersebut, Smamda juga menerapkan Budaya Islami dan Spirit Bermuhammadiyah. Budaya ini wajib dilaksanakan oleh semua warga sekolah
Zainul menegaskan bahwa adab dan budaya Islami menjadi fondasi utama di lingkungan Smamda. Sekolah mewajibkan pelaksanaan salat berjamaah yang diawasi oleh tim khusus bernama Tim Tatib.
"Tim Tatib ini bukan hanya mengatur ketertiban kedatangan dan kepulangan, tapi juga mendampingi salat berjamaah. Ini bagian dari pembiasaan yang luar biasa penting," tegasnya.
Ia menegaskan, bahwa keberhasilan akademik bukan satu-satunya tolok ukur kesuksesan siswa. "Anak-anak sukses di prestasi itu biasa, tapi bagaimana anak memiliki karakter, itu yang luar biasa," tandasnya.
Ditambahkannya, pendidikan karakter tak bisa dilepaskan dari keteladanan guru. Setiap tenaga pendidik dituntut menjadi contoh dalam bersikap dan berucap.
"Guru itu tidak hanya menyampaikan materi, tapi harus menjadi teladan. Ini bagian dari Holistic Education yang kami terapkan," tegasnya. (sta/van)