Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Berjenggot atau Tidak?

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Berjenggot atau Tidak? M. Mas'ud Adnan

Pada akhir statusnya, Gus Ipang mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah merespon, termasuk yang mencaci. ”Terimakasih untuk yang sudah mengingatkan dan menasehati saya. Kesalahan ini semua datangnya dari saya. Terima kasih juga sudah ‘memuji’ saya sebagai keturunan hewan…,” tulis Gus Ipang.

Saya ingin memberi catatan terkait masalah ini sebagai berikut:

Pertama, jenggot sebenarnya tak terlalu penting dibahas. Apalagi saya sendiri tak memelihara jenggot, meski di dagu saya tumbuh jenggot. Setiap Jumat saya selalu menyukur jenggot.  Tapi karena ada upaya untuk “memaksakan” menghapus data sejarah atau performance Mbah Hasyim secara sepihak, maka saya perlu urun rembug meski tak terlalu serius. 

Kedua, saya sempat bertanya apa hak Masyamsul Huda memarahi Gus Ipang yang mempertanyakan jenggot Mbah Hasyim. Karena pertanyaan Gus Ipang itu “mewakili” rasa ingin tahu mayoritas warga NU yang selama ini sudah terbiasa melihat foto atau lukisan Mbah Hasyim berjenggot. Saya sendiri sejak kecil, waktu SD, sudah biasa lihat lukisan Mbah Hasyim berjenggot baik di buku sejarah maupun di rumah. Karena di ruang tamu rumah saya di Bangkalan Madura memajang lukisan Mbah Hasyim. 

Ketiga, ada apa Masyamsul Huda ”memaksakan opini” bahwa Mbah Hasyim tak berjenggot. Apa karena KH Said Aqil Siradj menganggap orang berjenggot itu goblok lalu Masyamsul mau mengubah data sejarah Mbah Hasyim yang berjenggot berdasarkan imajinasi seorang pelukis atau berdasarkan lukisan? Sekali lagi berdasarkan lukisan, bukan data otentik sejarah! 

Keempat, Masyamsul menulis bahwa lukisan Mbah Hasyim tanpa jenggot itu adalah fakta yang sebenarnya. Ah, yang benar saja. Saya kira di sinilah Massyamsul Huda tak bisa membedakan antara fakta dan imajinasi. Buktinya, Masyamsul Huda mendasarkan 'fakta'nya itu kepada lukisan karya M Badri. Sekali lagi lukisan, bukan foto asli atau data otentik lain.

Kelima, Masyamsul Huda mengaku bersama Gus Riza Yusuf Hasyim dan M Badri mendatangi KH Hamid Baidlowi dan sebagainya untuk mengoreksi lukisan tersebut. Dari penilaian Kiai Hamid Baidlowi itulah Masyamsul Huda berkesimpulan bahwa Mbah Hasyim klimis, tak berjenggot. Apa benar perhatian Kiai Baidlowi fokus kepada jenggot Mbah Hasyim dalam menilai lukisan itu atau secara keseluruhan?

Keenam, saya sempat kontak Gus Riza Yusuf Hasyim tanya apa benar lukisan Mbah Hasyim karya Badri itu tak berjenggot. Gus Riza mengaku lupa. Malah Gus Riza menceritakan kesaksikan Gus Mat yang juga dzuriyah Mbah Hasyim. Gus Mat yang kini sering jadi imam salat di Tebuireng, kata Gus Riza, sewaktu kecil sering bersama Mbah Hasyim. Menurut Gus Mat, kata Gus Riza - Mbah Hasyim kadang berjenggot tapi kadang tidak. Saya kira ini masuk akal karena manusia ada kalanya memelihara jenggot tapi ada kalanya mencukur jenggot. Cuma sampai sekarang masih sulit mencari data otentik Mbah Hasyim yang tak berjenggot.

Ada foto beberapa kiai bersama Bung Karno beredar. Di antara foto itu disebut foto Mbah Hasyim tak berjenggot. Tapi foto itu diragukan beberapa pihak, termasuk Gus Solah (KH Salahuddin Wahid), cucu Mbah Hasyim. ”Saya kira itu bukan Mbah Hasyim,” katanya. Apalagi wajahnya kurang mirip dengan Mbah Hasyim. Jadi masih meragukan. 

Begitu juga kesaksikan Gus Mat, belum bisa dibuat data mutlak mengingat saat itu Gus Mat masih kecil. Inilah bedanya dengan Masyamsul Huda yang mengklaim lukisan sebagai fakta yang sebenarnya.

Ketujuh, KH A Muchith Muzadi (kini almarhum), tokoh khitah NU, adalah santri langsung Mbah Hasyim. Di ruang tamunya di kediamannya di Jember dipajang foto Mbah Hasyim yang berjenggot. Mbah Muchith yang menjadi santri langsung Mbah Hasyim pasti tahu betul wajah Mbah Hasyim. Artinya, jika Mbah Hasyim tak berjenggot pasti Mbah Muchith tak mau majang lukisan Mbah Hasyim yang berjenggot. Paling tidak, Mbah Muchith pasti cerita kalau Mbah Hasyim tak seperti foto yang dipajang itu. 

Kedelapan, saya beberapa kali diskusi ringan dengan Gus Solah (KH Salahuddin Wahid), adik Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang merupakan cucu Mbah Hasyim. Beliau meyakini bahwa foto yang asli Mbah Hasyim adalah foto yang terdokumentasikan saat bertemu dengan utusan petinggi Jepang. Foto itu kini ada di beberapa tempat, di antaranya di kediaman KH Yusuf Hasyim (Cukir). Saya sempat mencermati bahwa wajah Mbah Hasyim dalam foto itu berjenggot. Saya kira foto ini merupakan data otentik, karena foto asli yang kini direpro oleh beberapa pihak. Saya kira semua pihak wajar jika menjadikan foto ini sebagai referensi mengingat foto ini yang otentik dibanding lainnya yang cuma lukisan. 

Kesembilan, saya memaklumi kalau Masyamsul Huda dengan arogan memarahi cicit Mbah Hasyim di depan publik hanya karena mempertanyakan jenggot buyutnya. Karena Masyamsul Huda bukanlah santri – apalagi santri Tebuireng. Sehingga kurang paham kultur pesantren. 

Saya lalu ingat ketika KH Adlan Aly, seorang kiai mukhlis, alim allamah, hafidz (hafal Al Quran 30 juz), sufi dan pimpinan tariqah. Kiai Adlan Aly semasa hidupnya mengajar di Pesantren Tebuireng, di samping mengasuh Pesantren Walisongo Cukir Jombang. Suatu saat Kiai Adlan Aly diminta para kiai mengingatkan KHM Yusuf Hasyim agar fokus ke Pesantren Tebuireng. Saat itu Kiai Yusuf Hasyim sering riwa-riwi Jakarta karena tugas Negara. 

Apa jawab Kiai Adlan Aly? ”Kulo mboten wantun (Saya tidak berani),” katanya sembari tersenyum penuh tawaddlu. Padahal dari segi usia maupun kekaramahan Kiai Adlan diakui semua kiai sehingga beliaulah yang pantas memberi nasehat kepada Kiai Yusuf Hasyim. Tapi karena rasa tawaddlu yang tinggi beliau mengaku tidak berani, apalagi mencaci di depan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO