
TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Program JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional terus memainkan peran penting dalam memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Namun, tantangan besar masih dihadapi, terutama tingginya pembiayaan layanan kesehatan untuk penyakit kronis dan katastropik seperti kanker, stroke, gagal ginjal, jantung, dan thalassaemia.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Tulungagung, Fitriyah Kusumawati, menyampaikan bahwa penyakit-penyakit tersebut menyerap sebagian besar anggaran pelayanan kesehatan setiap tahunnya.
“Penyakit kronis dan katastropik menjadi tanggungan besar dalam pembiayaan Program JKN. Penyakit seperti gagal ginjal atau jantung membutuhkan biaya perawatan yang tinggi dan berlangsung lama. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya menjaga pola hidup sehat. Padahal sebagian besar penyakit kronis bisa dicegah dengan gaya hidup sehat dan pemeriksaan rutin,” paparnya, Rabu (22/10/2025).
Ia menjelaskan, diabetes melitus dan hipertensi merupakan dua penyakit kronis yang paling banyak diderita masyarakat. Keduanya dikenal sebagai silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala hingga menyebabkan komplikasi berat.
“Diabetes dan hipertensi adalah dua penyakit yang sering menjadi pintu masuk bagi penyakit kronis lainnya. Keduanya tidak muncul tiba-tiba, melainkan akibat kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam, kurang olahraga, serta stres yang tidak dikelola dengan baik,” ucapnya.
Fitriyah mengajak masyarakat untuk mulai mengubah kebiasaan sehari-hari agar terhindar dari risiko penyakit kronis di masa depan. Langkah sederhana seperti menjaga pola makan, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, membatasi makanan tinggi gula dan garam, serta rutin beraktivitas fisik seperti berjalan kaki 30 menit per hari dinilai efektif menjaga kesehatan.
“Kebiasaan sederhana ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang,” tuturnya.
BPJS Kesehatan Tulungagung mencatat, pembiayaan penyakit katastropik terus meningkat. Pada tahun lalu, biaya pelayanan mencapai Rp232,01 miliar, dan hingga September 2025 telah menyentuh Rp188,5 miliar, dengan rincian penyakit jantung dan stroke menjadi penyumbang biaya terbesar.
Fitriyah juga mengimbau peserta JKN untuk melakukan skrining riwayat kesehatan minimal satu kali dalam setahun. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara mandiri melalui Aplikasi Mobile JKN atau di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Bagi pasien penyakit kronis dengan kondisi stabil, BPJS Kesehatan menyediakan program Prolanis (Pengelolaan Penyakit Kronis). Melalui program ini, peserta mendapatkan pemantauan rutin oleh dokter FKTP, termasuk pemeriksaan tekanan darah, kimia darah, dan kadar HbA1C bagi penderita diabetes.
“Dengan menjadi peserta Prolanis, kondisi kesehatan dapat terus dipantau agar tetap stabil. Harapannya, masyarakat dapat hidup lebih sehat dan kualitas hidupnya meningkat,” kata Fitriyah. (fer/mar)