Ilustrasi tips hemat air saat mendaki gunung. Foto: Sulthon/Bangsaonline.
BANGSAONLINE.com – Bukan hanya cara menemukan air, hemat air juga menjadi hal penting yang harus dipelajari para pendaki gunung. Mengingat tidak semua gunung di Indonesia memiliki sumber air.
Hal ini sangat berguna ketika seseorang sedang mengalami kondisi darurat, misal ketika kemungkinan terburuk terjadi, yakni tersesat di gunung yang mengharuskan seseorang menghemat air.
Tak perlu khawatir, bagi kalian yang masih pemula, kami akan memberikan tips hemat air saat mendaki gunung. Penasaran apa saja? Yuk, simak sampai tuntas.
Bikin mi dengan hemat air
Tak perlu disangkal lagi, mi sudah menjadi makanan umum yang sering dibawa pendaki. Namun sadar atau tidak, sering kali kita membuat mi menggunakan air yang cukup banyak.
Umumnya, seseorang menyeduh satu bungkus mi memerlukan sekitar 400-500 ml air. Namun ketika pasokan air menipis, kita bisa mengurangi takaran air menjadi 300 bahkan 250 ml. Tak perlu khawatir, mi akan tetap matang dan sepenuhnya terebus dengan air. Asalkan kita meremas mi terlebih dahulu sebelum diseduh. Karena ukuran mi yang masih utuh dengan yang sudah di remas berbeda.
Cara menanak nasi tanpa boros air
Berdasarkan pengalaman penulis, faktanya masih ada beberapa pendaki yang menanak nasi menggunakan air terlalu banyak. Hal ini disebabkan karena pendaki tidak menutup nesting selama proses memasak, sehingga uap akan terbuang sia-sia.
Untuk lebih menghemat air, kalian bisa menutup nesting selama proses memasak, tanpa perlu sering-sering membukanya, agar uap tidak keluar. Karena uap yang terperangkap di dalam nesting akan berubah menjadi air, sehingga kita tidak perlu repot menambahkan air.
Wudhu
Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang tak bisa ditinggalkan. Berdasarkan pengalaman penulis juga, masih banyak pendaki yang menggunakan air minum untuk berwudhu.
Hal tersebut memang tidak salah, dan kami juga tidak bermaksud untuk mengajak pendaki tidak lagi bersuci menggunakan air.
Tapi yang perlu diingat, ketika kondisi darurat, maka hendaknya kita tidak menggunakan air minum untuk berwudhu.
Sebagaimana Kaidah Fikih yang berbunyi, “Menolak satu mudarat lebih diutamakan daripada menerima manfaat”. Maka dalam hal ini, mengutamakan keselamatan jiwa dengan menghemat air lebih diutamakan, karena kondisi daruat di gunung tidak ada yang tahu.
Namun hal ini akan berbeda ketika kita berada di lokasi yang dipastikan keberadaan airnya melimpah, seperti saat sedang di dekat sumber air atau sejenisnya. Wallahua’lam. (msn)





