SOLO, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 14 mahasiswa Universitas Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menghadiri ibadah Malam Natal, di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan, Jalan Monginsidi, Solo, Kamis (24/12) malam.
Meski di sela kunjungan, para mahasiswa muslim itu sempat meminta izin menunaikan salat, tak urung keberadaan mereka di gereja serta mengikuti prosesi misa bagi umat kristiani, dikecam berbagai pihak.
Baca Juga: Seluruh Kantor Kementerian Agama se-Indonesia Bisa Digunakan untuk Perayaan Natal
Di media sosial, seperti dilansir merdeka.com, ke-14 mahasiswa tersebut menjadi bulan-bulanan. Akun milik Moh. Noerman A misalnya. Dia menyebut, ke-14 mahasiswa tersebut sengaja cari sensasi tapi tidak pakai otak "Allah nemberikan kita otak utk berpikir bukan hanya pakai hati perasaan dasar munafik'' ujarnya.
Hal serupa dikatakan akun milik Amreza Bagas Menurutny, ketika sedang ada peribadatan, maka para ulama sepakat mengharamkan seorang muslim masuk ke dalam rumah ibadah agama lain. Amreza bahkan menyertakan surah dalam alquran yang melarang hal itu.
Hal serupa dilontarkan akun Latu Assiru yang menyertakan surat Al Kafirun. “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”, waduh ngapain Hijaber ini ikut menghadiri ibadah pada malam Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ), kalau toleransi itu ada batasannya. Ini sdh menyangkut Aqidah yang nantinya membuat anda berbuat syirik yang hukumnya tidak terampuni oleh Allah. Saling menghormati, saling berbuat baik boleh, kalau udah seperti ini rusak deh imanmu Dek Dek,'' ujarnya.
Baca Juga: Pendeta Tak Punya Gereja, Kebaktian di YouTube, Dapat "Kolekte" Besar
Haris Munandar dalam akunya juga mengatakan, tidak ada toleransi beragama jika menyangkut masalah Aqidah. ''Sebagai muslim hanya cukup bertoleransi dengan tidak mengusik, mengganggu dan tindakan buruk lainnya. Dengan cara menghormati dan menghargai serta turut menjaga ketentraman mereka (Non-Muslim) yang sedang menjalankan ibadah, itu sudah cukup menunjukkan kita bertoleransi tinggi,'' katanya.
''Tanya saja kepada mahasiswa/wi itu. Kira-kira ibu mereka ridha nggak mereka mengikuti ibadah natal itu. Saya yakin kalau ibunya tahu pasti akan menangis. Kalau ibunya tidak ridha berarti mereka telah durhaka kepada ibu mereka. Tak dapat dibayangkan, hidup masih bergantung kepada orang tua saja sudah berani berbuat sesuatu yg ibunya tidak ridha. Saya nggak pernah kuliah jadi saya nggak tahu apakah di tempat mereka kuliah diajari aqidah dan akhlak apa nggak?,'' sambung pemilik akun Trah Romo Bushairi
Meski demikian, beberapa pemilik akun yang mendukung langkah para mahasiswa tersebut meski sebatas mengapresiasi.
Baca Juga: Hadiri Peringatan Natal Bersama Bamag, ini Pesan Bupati Gresik
Pendeta Wahyu Nugroho, yang juga dosen mereka mengatakan, kedatangan para mahasiswa muslim itu mendapat sambutan hangat dari ribuan jemaat yang hadir. Kehangatan terlihat saat mereka diperkenalkan kepada para jemaat. Tepuk tangan riuh dari jemaat dan mereka lantas spontan berdiri.
"Pendeta kami, pak Wahyu Nugroho, memang sengaja memperkenalkan mereka pada para jemaat. Di tengah-tengah suasana peribadatan, mereka diperkenalkan. Kami semua berdiri dan memberikan tepuk tangan dan bersalaman," ujar Winantyo.
Winantyo menambahkan, para mahasiswa itu menghadiri peribadatan dari awal hingga selesai. Namun, mereka tidak mengikuti prosesi peribadatan dan hanya mengamati saja. Usai misa malam Natal, mereka sempat bersalaman dengan jemaat dan berfoto bersama pemuda gereja.
Baca Juga: Soal Penolakan Pembangunan Gereja di Lakarsantri, ini Klarifikasi Warga
"Ini kebanggaan tersendiri bagi kami. Baru kali ini mendapatkan kunjungan seperti ini. Kami terbuka, siapapun yang mau berkunjung silakan, tidak ada syarat khusus, kecuali kalau atas nama lembaga resmi. Kami ingin menunjukkan bahwa antara muslim dan Nasrani memang tidak pernah ada rasa permusuhan. Para mahasiswa muslim juga telah membuktikan dan memberikan contoh yang baik bagi kerukunan umat beragama di dunia," ucap Winantyo. (mer/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News