JAKARTA, BANGASONLINE.com - Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar di Pantai Kuta Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (9/2/2016) dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di depan para bos media yang hadir, Jokowi banyak mengeritik sekaligus ”curhat” soal pemberitaan media massa selama ini yang diangggap mengganggu pemerintah.
Hadir dalam acara itu Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Margiono dan para pemimpin media, seperti Surya Paloh, Hari Tanoe Sudibyo, Karni Ilyas, Dahlan Iskan dan James Ryadi.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Di awal sambutannya, Jokowi mengatakan media seharusnya ikut
membangun rasa optimisme masyarakat lewat pemberitaan. Bukan malah membuat
masyarakat menjadi pesimis.
"Saya akan berikan contoh, berita-berita seperti ini yang menurut saya
mengganggu masyarakat. Kalau saya ndak, saya ndak pernah terganggu," kata
Jokowi di Pantai Kuta, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara
Barat, Selasa (9/2/2016).
Judul berita pertama yang dibacakan Jokowi yakni tentang prediksi masa depan Indonesia. "Bayangkan, ada berita 'Indonesia Diprediksi Akan Hancur'. Coba bayangkan?" kata Jokowi.
Ada lagi judul berita tentang pesimisme pencapaian target petumbuhan ekonomi. "Ada judul, 'Semua Pesimis Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai'. Di situ ada kata-kata pesimisnya," kata Jokowi.
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
Tak hanya itu, Jokowi kembali membacakan judul berita yang dinilainya bernada pesimisme. "Ini saya judulnya saja yang saya bacakan, 'Pemerintah Gagal, Aksi Teror Tak Akan Habis Sampai Kiamat Pun'," kata Jokowi.
"Kemudian ada lagi, 'Kabut Asap Tak Teratasi, Riau Ancam Merdeka'," tambah Jokowi.
Tak cukup itu, Jokowi mengatakan ada judul berita yang lebih seram. "Indonesia Akan Bangkrut, Hancur, Rupiah Akan Tembus Rp 15 Ribu, Jokowi-JK Akan Ambyar," katanya.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
"Saya hanya baca saja loh," kata Jokowi santai.
Jokowi mengatakan, jika judul-judul berita seperti itu terus bermunculan, maka tingkat pesimisme rakyat akan timbul. Akibatnya etos kerja dan produktivitas akan menurun. "Yang muncul adalah hal-hal yang tidak produktif, bukan produktivitas. Padahal itu hanyalah sebuah asumsi, tapi akan sangat mempengaruhi," kata Jokowi.
"Kita tahu, pembentuk karakter, pembentuk mentalitas, moralitas, itu ada di media, ada di pers, akan banyak ada di situ," tambah Jokowi.
Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran
"Kalau berita judul seperti itu kita munculkan, yang ada adalah munculnya ketidakpercayaan. Padahal di era persaingan antar negara saat ini, yang kita butuhkan adalah membangun kepercayaan. Uang dari negara lain akan muncul kalau ada trust. Itu, tidak ada yang lain. Kalau tidak ada kepercayaan jangan berharap ada arus uang, arus investasi, modal masuk. Kepercayaan itu yang bisa bangun adalah media, pers. Persepsi muncul, image muncul karena berita," jelas Jokowi.
Jokowi mengatakan, masyarakat Indonesia saat ini beruntung hidup di era kebebasan pers. Beragam informasi bisa didapat dari beragam jenis media. "Kadang status di media sosial pun bisa menjadi sebuah berita," kata Jokowi .
Jokowi berharap agar seluruh insan pers dan media ikut menggerakkan pembangunan dan meningkatkan rasa optimisme masyarakat. "Saya hanya berpikir bagaimana agar seluruh insan pers, media ikut menggerakkan, membangun optimisme publik, membangun etos kerja masyarakat, membangun produktivitas masyarakat, bukan sebaliknya," kata Jokowi.
Baca Juga: Di Penghujung Jabatan Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Gebuki Mafia Tanah
"Kadang kita sering, media kita justru mempengaruhi kita menjadi pesimisme, dan juga banyak yang terjebak pada berita yang sensasional. Apalagi kalau ditambah komentar pengamat, makin ramai," kata Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News