NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Mohamad Khoiri (35 tahun) warga asli Mojokerto yang sekarang hijrah ke kota Nganjuk ini mampu membuat seni miniatur yang berbahan dasar tusuk es krim. Namun, seniman ini untuk mendapatkan bahan dasarnya harus memungut sendiri tusuk es krim di tempat-tempat sampah.
Di tengah kehidupannya yang serba dalam keterbatasan, dia tetap bisa mengekspresikan bakat yang dimiliki secara otodidak. Sekilas memang tidak ada yang aneh dari seorang seniman yang mampu membuat sebuah karya seni dari bahan bekas. Tetapi hati kita akan tersentuh jika kita mau mengenal Khoiri secara lebih dalam lagi.
Baca Juga: Nganjuk Terima Penghargaan UHC Tingkat Provinsi Jatim di Acara Peringatan HKN 2024
Bayangkan, pria ini rela memungut bekas tusuk es krim dari tempat sampah guna memenuhi kebutuhan dasar membuat karya seni. Selain itu, dia juga memesan dari petugas kebersihan maupun mencari di TPA tusuk es krim yang dibutuhkan.
Dulunya profesi ini pernah ditekuni selama setahun saat berada di Mojokerto. Namun di sana usaha yang dilakukan oleh pria ini tidak bisa bertahan lama karena banyaknya persaingan. Khoiri bisa maklum atas keterpurukan yang dialaminya selama di sana. Bagaimana tidak, dari segi peralatan saja sudah kalah jauh dari pengusaha kerajinan yang lain. Selain itu, bahan dasar yang digunakan oleh sebagian besar pengrajin miniatur di sana sudah memakai kayu.
“Saya di Mojokerto tidak bisa bertahan lama karena kalah dari segi peralatan. Selain itu mayoritas pengrajin di sana sudah memakai bahan dasar kayu. Tidak seperti saya yang hanya bermodal tusuk es krim bekas yang saya pungut,” keluhnya.
Baca Juga: Tembus Pasar LN dan Serap Tenaga Kerja Lokal, Khofifah Apresiasi Agrobisnis Bibit Buah di Nganjuk
Banyak sudah kerajinan tangan hasil karya Khoiri yang sudah dibeli orang. Biasanya Khoiri melayani pemesanan kerajinan berupa miniatur rumah, perahu, kendaraan, dan miniatur-miniatur lain yang memanfaatkan bahan dasar tusuk es krim.
Khoiri mengungkapkan jika satu miniatur membutuhkan bahan hingga mencapai ratusan tusuk es krim. Dengan tangan dinginnya, satu per satu tusuk es krim dia susun hingga membentuk suatu miniatur yang indah.
Untuk miniatur hasil karyanya yang paling laris dibeli yakni berupa miniatur perahu layar. Dalam sehari biasanya karya yang dihasilkan mencapai 2 sampai 3 kerajinan. Harga yang dibanderol oleh Khoiri juga terbilang sangat ekonomis. Satu miniatur biasanya dijualnya dengan kisaran harga Rp 60 ribu sampai Rp 100 ribu.
Baca Juga: Cangkrukan Bareng Budayawan, Ikfina Ajak Pegiat Seni Ikut Andil Lestarikan Budaya Mojokerto
“Kalau belum dipernis seperti ini saya jual Rp 60 ribu. Kalau sudah dihias paling mahal saya jual dengan harga Rp 100 ribu,” ungkapnya.
Tak banyak yang menyangka jika di balik keindahan kerajinan tangan ini ada perjuangan yang sangat berat. Kain perca yang digunakan sebagai penghias miniatur yang dibuat oleh Khoiri ternyata berasal dari sisa konveksi. Kain tersebut dia peroleh dari meminta pengusaha konveksi di sekitar tempat usahanya.
Mantan pekerja proyek ini memang terbilang masih baru dalam membuat kerajinan tangan. Dia mempelajari keahlian ini secara otodidak. Bahkan inspirasinya muncul setelah dia menyaksikan salah satu serial TV yang menampilkan tentang karya-karya dari bahan bekas. Motivasinya mendadak muncul setelah melihat acara tersebut. “Jika orang yang di TV saja bisa berkarya, kenapa saya harus tidak,” pungkasnya.
Baca Juga: Antusias Warga Tinggi, Pj Bupati Nganjuk Apresiasi Baksos Periksa Kesehatan Gratis
Sementara Arbayana anggota DPRD Nganjuk yang ketika itu berada di tempat Koiri mengerjakan miniaturnya merasa kagum atas hasil karya tangan Koiri. ”Harusnya dinas terkait memahami upaya masyarakat seperti ini,” ungkapnya.
Dia juga berjanji akan mengupayakan pengrajin kecil bisa mendapatkan bantuan, dengan harapan supaya tidak tergilas oleh pengusaha yang sudah maju. ”Apabila pemerintah daerah berupaya meningkatkan UMKM, maka ini juga bagian dari UMKM,” tegasnya.(dit/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News