Bebaskan Sandera 14 WNI, Kapal Perang TNI Siap Masuk Filipina

Bebaskan Sandera 14 WNI, Kapal Perang TNI Siap Masuk Filipina Dua sandera asal Kanada John Risdel dan Robert Hall diancam akan dipenggal jika permintaan tebusan Rp 364 miliar ditolak pemerintah.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Belum tuntas kasus penyanderaan 10 Warga Negara Indonesia (WNI), kelompok Abu Sayyaf diduga kembali menyandera WNI di perairan perbatasan Malaysia dengan Filipina. Dalam insiden itu, satu WNI ditembak di bagian ketiak.

Untuk mengamankan para sandera, dua kapal perang dikerahkan merapat ke perbatasan Filipina. Kedatangan para TNI diharapkan mampu menyelamatkan para sandera.

Baca Juga: Dua WNI yang Disandera Abu Sayyaf Berhasil Kabur, PKS: ke mana yang Kemarin Ngaku jadi Pahlawan

"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan di perbatasan Filipina," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Ia mengaku telah mendapat informasi, Jumat (15/4/2016) sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI.

"Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayaf tapi masih dalam penyelidikan," ujarnya.

Baca Juga: Buruh Nilai Menaker Lepas Tangan Terkait Nasib ABK WNI yang Disandera

Sejak Jumat malam (15/4) TNI sudah mengerahkan dua kapal perang yakni, KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut.

"Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," ujarnya.

Sementara Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memastikan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok milisi Abu Sayyaf dan empat WNI yang diduga disandera kelompok yang sama di Filipina dalam kondisi aman.

Baca Juga: Penculik Tiga WNI Minta Tebusan Rp 55,5 Miliar, Ketua DPR Serukan Gelar Operasi Militer

"Dalam keadaan sehat," ujar Ryamizard usai menggelar tes urine di Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (18/4/2016).

Sementara Panglima Laskar Jundullah, Agus Dwikarna, tak yakin penyandera 14 WNI yang di Filipina dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf. Agus yang ditahan di Filipina selama 12 tahun, 2002-2014, mengaku paham karakter milisi sipil bersenjata ini.

Oleh karena itu, pendiri Komite Masyarakat Peduli Krisis (Kompak) itu menyarankan pembebasan para sandera dilakukan melalui proses lobi, tanpa menggunakan kekuatan militer.

Baca Juga: Tolak Bantuan TNI Bebaskan Sandera, Panglima: Biarkan Filipina Mati Lampu

Hingga kemarin, nasib ke-14 WNI, termasuk empat dari Sulsel yang tiga diantaranya dari Luwu Raya, belum jelas.

Sejumlah tokoh Luwu Raya minta Agus turun tangan membantu melobi pihak terkait di Filipina agar para sandera dibebaskan.

Pendiri Komite Perjuangan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) ini dinilai punya pengalaman dalam misi kemanusiaan seperti itu, terbukti dengan kepiawaian dalam penyelesaian konflik di Poso (Sulawesi Tengah) dan Ambon (Maluku).

Baca Juga: Lagi, 3 ABK WNI Diculik, 4 ABK Selamat karena Tak Miliki Paspor

Agus termasuk kreator perjanjian Malino I dan II bersama Jusuf Kalla, yang berisi perjanjian dalam konflik Poso dan Ambon, 2001-2002.(mer/det/yah/lan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO