JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Muhammad Sofyan (28 tahun), dilaporkan berhasil melarikan diri dari sekapan kelompok militan Abu Sayyaf, Rabu (17/8). Selain Sofyan, ABK tugboat Charles lainnya, Ismail, dikabarkan berhasil lari dari sekapan.
Hanya saja keberadaan Ismail masih dicari. Informasi diperoleh, Sofyan berhasil melarikan diri tidak bersama-sama dengan Ismail. Hingga akhirnya Sofyan ditemukan kepolisian Filipina. Sementara nasib Ismail belum diketahui pasti. Pihak perusahaan PT Rusianto Bersaudara, masih ingin memastikan lebih jauh kabar kedua krunya itu.
Baca Juga: Buruh Nilai Menaker Lepas Tangan Terkait Nasib ABK WNI yang Disandera
Kemarin, di kediaman Elona Rahmadani, juga hadir Risna (keluarga M Sofyan) serta Dian Megawati Ahmad (istri Ismail). Tidak banyak yang disampaikan Dian kepada wartawan yang menemuinya sore ini.
"Antara senang dan cemas ya. Cuma saya belum dapat kepastian dari pemerintah (soal kaburnya Sofyan dan Ismail dari sekapan Abu Sayyaf)," kata Dian, kepada wartawan, di mes karyawan PT Rusianto Bersaudara, di Sungai Lais, Rabu (17/8) sore.
Dian terus menunggu kabar dari Kementerian Luar Negeri. Informasi dia dapatkan, baru sebatas dari berita beredar di media. "Saya mau pastikan dulu dari pemerintah mas," ujar Dian.
Baca Juga: Penculik Tiga WNI Minta Tebusan Rp 55,5 Miliar, Ketua DPR Serukan Gelar Operasi Militer
Keluarga ABK sempat terlihat berunding di dalam rumah Elona Rahmadani. Dari wajah keluarga korban, terlihat sembab usai menangis, lantaran menginginkan semua sandera bisa segera bebas dari Abu Sayyaf.
Sambil menggendong anaknya, Dian terlihat bergegas meninggalkan kediaman Elona, sekira pukul 15.35 WITA. Dia tidak menjelaskan tujuan perjalanan dia. Elona menyusul sekira 15 menit kemudian. Belum diketahui jelas juga arah dan tujuan mereka.
"Mereka kemungkinan dipanggil perusahaan (PT Rusianto Bersaudara) untuk menjelaskan kabar itu," kata salah seorang tetangga Elona ,yang juga tinggal di mes karyawan PT Rusianto Bersaudara.
Baca Juga: Tolak Bantuan TNI Bebaskan Sandera, Panglima: Biarkan Filipina Mati Lampu
M Sofyan ditemukan warga di pesisir Barangay Bual, Kota Luuk, Kepulauan Sulu. Berdasarkan keterangan Sofyan, dia memutuskan kabur setelah para penculik mengancam bakal memenggalnya jika tebusan tak dibayar. Dia kemudian menempuh rute pelarian melalui hutan bakau, di antara Barangay Bual dan Bato-Itum. Belum jelas bagaimana nasib enam rekan Sofyan lainnya yang masih ditawan Abu Sayyaf. Keenam orang itu adalah Ismail, Muhammad Nasir, Kapten Ferry Arifin, Robin Piter, Mabrur dan Edi Suryono.
Di sisi lain, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR, Jazuli Juwaini, mempertanyakan keberadaan sejumlah pihak yang mengklaim ikut berperan dalam pembebasan anak buah kapal (ABK) WNI dari kelompok Abu Sayyaf pada awal Mei 2016.
Pasalnya, kata dia, dalam penculikan yang ketiga kalinya ini mereka tak menunjukkan diri.
Baca Juga: Lagi, 3 ABK WNI Diculik, 4 ABK Selamat karena Tak Miliki Paspor
"Yang kemarin (ngaku) jadi pahlawan-pahlawan muncul cepat itu pada ke mana. Kemarin banyak banget yang muncul jadi pahlawan begitu ada yang dibebaskan itu, sekarang kok seperti enggak ada pahlawan lagi," ujar Jazuli.
Menurut dia, pemerintah harus segera menentukan langkah yang pasti dan terukur dalam membebaskan sandera. Pemerintah, kata Jazuli, harus serius menanggapi karena para ABK itu sudah disandera lebih dari satu bulan.
Menurut Jazuli, meski mungkin ABK WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf tidak mengalami penyiksaan fisik, tetapi lebih dari satu bulan tak kunjung dibebaskan bisa mengganggu secara psikologis.
Baca Juga: 7 WNI Diculik Abu Sayyaf, Bebas Jika Ditebus Rp 59 Miliar
Jazuli menyadari bahwa pembebasan sandera tidak mudah. Maka dari itu, lanjut dia, pemerintah perlu menentukan langkah-langkah yang tepat.
"Langkah yang terukur, riil, konkret. Saya percaya tentara masih mampu, pemerintah masih mampu, tapi harus dengan cepat, biasanya pembebasan itu kan tidak sederhana," ujarnya.
Dalam pembebasan 10 anak buah kapal Brahma 12 pada awal Mei 2016 sempat terjadi saling klaim keberhasilan pembebasan sandera. Klaim itu dilontarkan oleh Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen dan Yayasan Sukma.
Baca Juga: 3 Kali Abu Sayyaf Sandera WNI, Menkopolhukam: Minta Tebusan Juga
Kivlan, salah satu anggota tim negosiator dalam upaya pembebasan tersebut, menyebut bahwa Yayasan Sukma tak ikut berpartisipasi dalam upaya pembebasan yang dilakukan pihaknya.
"Yayasan (Sukma) datang tanggal 27 April hingga 1 Mei, tiba-tiba menjemput, tidak ikut operasi," kata Kivlan.
Yayasan Sukma merupakan lembaga yang berafiliasi dengan Partai Nasdem. Sepuluh ABK tersebut pun dibawa menggunakan pesawat pribadi milik Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Baca Juga: Pemerintah Bantah Tebus Empat Sandera Abu Sayyaf, Pangkostrad: Kami Jemput di Laut
Kivlan juga menyayangkan lantaran ada pihak yang mengklaim telah melakukan penyelamatan, tetapi tak terlibat dalam operasi.
Menanggapi pernyataan Kivlan, anggota Dewan Pakar Partai Nasdem Taufiqulhadi membantah bahwa Yayasan Sukma hanya menjemput 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Dia memastikan bahwa Yayasan Sukma yang berafiliasi dengan Nasdem itu ikut terlibat dalam proses pembebasan 10 WNI anak buah kapal Brahma 12. "Itu menurut saya naif sekali kalau dikatakan hanya menjemput sandera. Tidak mungkin," kata Taufiqulhadi. (det/mer/yah/lan)
Baca Juga: Ditebus Seharga Rp 14,1 Miliar, Abu Sayyaf Bebaskan Empat WNI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News