WASHINGTON, BANGSAONLINE.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam usulan Donald Trump yang berniat memperpanjang larangannya terhadap Muslim memasuki AS. Obama bersama Hillary Clinton menggambarkan kandidat presiden dari Partai Republik tersebut tidak layak untuk Gedung Putih.
Dilansir BBC News, Rabu (15/6), Obama mengatakan, larangan Muslim memasuki AS yang diusulkan calon presiden Partai Republik tersebut bukan Amerika yang diinginkan ke depannya. "Memperlakukan Muslim-Amerika dengan berbeda hanya akan membuat negara menjadi kurang aman dengan meningkatkan pemisahan antara dunia Barat dan Muslim," kata Obama.
Baca Juga: Pemimpin Psikopat
Berbicara di Departemen Keuangan AS di Washington, Obama tampak marah dan melancarkan serangan terkuatnya kepada pria yang diperkirakan akan menjadi calon presiden Partai Republik itu. Presiden mengatakan, AS telah didirikan dengan dasar kebebasan beragama dan melakukan "pengujian" terhadap agama melawan konstitusi AS.
Obama juga mencatat, serangan teror baru-baru ini dilakukan oleh orang yang terlahir di AS. Obama juga menanggapi kritikan Trump yang mengatakan dirinya tak menggunakan istilah terorisme Islam radikal untuk menggambarkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Apa yang sebenarnya ingin dicapai dari penggunaan pelabelan ini? Apa sebenarnya yang ingin diubah? Seseorang serius berpikir kita tidak tahu siapa yang kita lawan? Tak ada keajaiban dari frasa radikal Islam. Itu pembicaraan politik. Itu bukan strategi," ujar Obama marah.
Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN
Obama menambahkan, menyebut ancaman dengan nama berbeda tak akan membuatnya pergi atau hilang. Hal itu, menurut Obama, hanya pengalihan politik.
Obama yang membatalkan hadir dalam kampanye Clinton di Wisconsin tampaknya menikmati peran memilih penggantinya. Dia sempat bersitegang dengan Trump beberapa tahun lalu karena Trump mengatakan Obama tak lahir di AS.
"Kami sekarang memiliki proposal dari calon Partai Republik yang akan melarang semua Muslim berimigrasi ke Amerika. Kami mendengar bahasa yang menyatakan imigran dan seluruh komunitas agama tertentu terlibat dalam kekerasan. Di mana ini akan berhenti?" kata Obama.
Baca Juga: Jaksa Khusus Kasus Dugaan Korupsi Anak Presiden
Pada Selasa, Trump tak henti-hentinya mengkritik Obama yang tak menggunakan istilah radikal Islam untuk merujuk ISIS. Trump mengatakan, Obama telah mengetahui musuh-musuh AS tetapi lebih memprioritaskan musuh daripada sekutu yang adalah orang Amerika.
"Kalau saya menjadi presiden, Amerika selalu yang utama," kata Trump.
Pada Senin (13/6), Trump juga memperpanjang rencananya untuk melarang semua orang dari negara yang memiliki sejarah teror melawan AS. Ia mengatakan, kasus penembakan Orlando membenarkan tindakannya.
Baca Juga: Hebatnya Jurnalisme The New York Times dalam Tragedi Titan
Menurut Trump, usulan itu bisa diimplementasikan melalui tindakan eksekutif unilateral. Caranya dengan memberikan presiden kekuasaan untuk menangguhkan setiap orang dari kelas mana pun, dari negara yang dianggap merugikan kepentingan atau keamanan, memasuki AS.
Berbicara di depan pendukungnya di Pittsburgh, calon terkuat Partai Demokrat Hillary Clinton mengatakan, usulan Trump menunjukkan ia tak layak menjadi presiden. Menurut dia, sikap tempramenal Trump tak sesuai kriteria seorang presiden. Menurut dia, menjadi pemimpin membutuhkan ketenangan untuk merespons secara bemartabat kasus seperti serangan Orlando.
Senator Bob Corker, yang disebut-sebut sebagai calon wakil presiden Partai Republik yang dipertimbangkan Trump, mengatakan kecewa dengan cara kampanye Trump. "Itu bukan jenis pidato yang diharapkan," kata Corker terkait pidato Trump di New Hampshire.
Baca Juga: Korupsi Rp 1 Triliun, Tangan Ketua DPRD Diborgol
Trump memang telah secara tegas menuntut kebijakan yang lebih ketat terkait imigrasi. Serangan di Orlando mendorongnya mengintensifkan retorikanya soal itu.
Omar Mateen yang memiliki orang tua imigran asal Afghanistan Ahad (12/6) lalu melancarkan penembakan di sebuah klub gay di Orlando. Serangan mematikan Mateen menewaskan 49 orang.
Trump yang mencatat orang tua Mateen sebagai imigran kelahiran Afghanistan juga merujuk peristiwa lain seperti 11 September. Ia mengatakan, serangan 9/11 juga dilancarkan oleh orang-orang yang berasal dari Pakistan, Arab Saudi, dan Somalia.(bbc/rol/lan)
Baca Juga: Donald Trump Punya Bakat Provokator Sejak Muda, Lima Anak Tak Bersalah Dipenjara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News