KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Polemik seputar dugaan penistaan agama yang dilakukan pendeta Ruth Ewin akhirnya berujung pada penolakan aktivitas gereja Yakin Hidup Sukses (YHS). Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merekomendasikan pemerintah untuk tidak mengizinkan Gereja YHS menjalankan aktivitas peribadatan di lingkungan Kelurahan Karangsari.
Sebab, FKUB menilai pemberian izin hanya akan memicu konflik horizontal bernuansa SARA. Hal itu menyusul adanya mobilisasi ratusan warga setempat yang turun ke jalan sekaligus menggalang tandatangan penolakan.
Baca Juga: Dituntut 2,6 Tahun, Begini Pledoi Samsudin Blitar Dalam Sidang Pembelaan
“Ini hasil rapat pleno FKUB. Jika dibolehkan beroperasi (gereja) besarnya penolakan warga akan memicu konflik horizontal,“ ujar Ketua FKUB Kota Blitar Abdul Basid kepada wartawan.
Reaksi warga terpantik ceramah pendeta muda YHS Ruth Ewin yang mengaku sebagai keturunan kyai Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Ruth mengunggah video ceramah di depan jamaah itu di youtube dan menjudulinya "Ex Muslim Cucu Kyai Pesantren Tebuireng Jadi Pendeta". (BACA: pendeta-ruth-ewin-blitar-jawa-timur-akui-telah-berbohong" style="background-color: initial;">Ngaku Cucu Kiai Tebuireng, Pendeta Ruth Ewin Blitar Jawa Timur Akui Telah Berbohong)
Dalam rekaman agitasi rohani itu dia juga menyebut Nabi Muhammad sebagai orang buta yang mengarahkan umat muslim ke dalam jurang. Dalam waktu singkat rekaman video itu menjadi polemik yang meluas. Umat Islam, yakni mulai dari keluarga besar ponpes Tebuireng, warga nahdliyin Blitar, ormas Islam hingga PWNU Jawa Timur turun tangan. Hasil klarifikasi, pendeta Ruth dan pihak gereja YHS Kota Blitar menyatakan minta maaf. (BACA: pendeta-ruth-ewin-ngaku-ngaku-cucu-kiai-tebuireng" style="background-color: initial;">Tanggapan Gereja soal Kebohongan Pendeta Ruth Ewin Ngaku-ngaku Cucu Kiai Tebuireng)
Baca Juga: Pendeta Jujur Akui Kerasulan Muhammad, Sesuai Injil dan Taurat, Tapi Dikucilkan
Ruth mengaku telah berdusta. Karenanya ia menyampaikan permintaan maaf terbuka melalui media massa nasional selama tiga hari berturut turut. Berlanjut tidaknya masalah ke ranah hukum, umat Islam menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga besar ponpes Tebuireng. (BACA: pendeta-ewin-juga-ngaku-keturunan-kiai-jauhari-jember-kiai-sadid-jauhari-pidanakan-saja" style="background-color: initial;">Pendeta Ewin juga Ngaku Keturunan Kiai Jauhari Jember, Kiai Sadid Jauhari: Pidanakan Saja!)
Kendati demikian warga setempat tetap kukuh menyatakan penolakan. Sebanyak 500 orang mendatangi tim 9 FKUB yang tengah melakukan verifikasi di lokasi gereja yang masih berstatus proses izin Minggu lalu (17/7).
Kepada tim yang terdiri dari unsur Dewan Masjid Indonesia, Muhammadiyah, Katolik, Kristen, Budha, Konghucu, Hindu, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia, warga mendesak penolakan rekomendasi izin. Basid berharap pemerintah dan Kemenag selaku pemegang otoritas pendirian rumah ibadah menerima rekomendasi penolakan izin dari FKUB. (BACA: pendeta-ruth-ewin-minta-maaf-terbuka-lewat-harian-bangsa-dan-jawa-pos" style="background-color: initial;">Akui Berbohong, Pendeta Ruth Ewin Minta Maaf Terbuka Lewat HARIAN BANGSA dan Jawa Pos)
Baca Juga: Polda Lampung Tetapkan Komika AR sebagai Tersangka atas Kasus Dugaan Penistaan Agama
“Sebab sekali lagi kita tidak ingin terjadi konflik horizontal di Kota Blitar. Apalagi dengan nuansa SARA,“ tegas Basid. (BACA: pendeta-ruth-ewin" style="background-color: initial;">GP Ansor Siap Kawal Penyelesaian Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Ruth Ewin)
Sementara pihak Pemkot Blitar melalui Kasubag Humas Gigih Mardana mengatakan pihaknya akan mengikuti ketentuan yang berlaku, yakni mengedepankan kepentingan umum dan mencegah terjadinya konflik SARA.
"Kendati demikian kita masih menunggu surat resmi dari FKUB dulu. Dan yang pasti kita mengikuti ketentuan yang berlaku," ujarnya singkat. (tri/rev)
Baca Juga: Gus Dur, Pendeta dan Tokoh Konghucu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News