JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Keterbatasan fisik karena kakinya yang tidak bisa berfungsi normal, tak membuat Khamim goyah menjalankan perintah agama. Kakek renta yang tinggal di kandang ayam selama lima tahun terakhir ini tetap rajin melaksanakan salat.
Tak pelak, saat Bangsaonline menemuinya di gubuk reot tempat tinggalnya di Dusun Murangagung, Desa Kebondalem, Kecamatan Bateng, Kakek tua itu bergegas untuk melaksanakan Salat ashar ketika mendengar suara adzan berkumandang. Meski harus berjalan menggunakan alat bantu, Khamim berjalan selangkah demi selangkah menuju sungai kecil di sebelah gubuknya.
Baca Juga: Demi Anak Bisa Belajar Daring, Seorang Wali Murid di Jombang Jual Kambing untuk Beli Ponsel
"Mau mandi ke s0ungai. Sekarang sudah ashar. Nanti kalau kesorean keburu banyak orang buang sampah di sungai," ungkap Khamim, kepada Bangsaonline, Kamis (28/7).
Usai membersihkan badannya sembari berwudhu, Khamim kemudian kembali ke gubuknya. Di atas dipan kayu usang, sebuah sajadah dibentangkan. Dengan cara bersimpuh, kakek sebatangkara itu melaksanakan ibadah shalat wajib.
"Beliau kalau salat sambil duduk. Karena kalau berdiri tidak bisa. Kalau berdiri harus pakai alat bantu," kata Fitria (36) istri Sunandar (38) yang tak lain keponakan Khamim.
Baca Juga: Sempat Viral di Medsos Karena Tak Dapat BLT, Janda Asal Jogoroto Dikunjungi Kapolsek
Fitria bercerita, Khamim merupakan sosok muslim yang taat. Ia tidak pernah putus menjalankan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Kendati kondisi, terkadang tidak memungkinkan bagi Khamim untuk menjalankan ibadah.
"Memang orangnya religius. Kalau dengar adzan biasanya langsung ke sungai, mandi terus wudlu. Puasa juga menjalankan dan tidak putus," tuturnya.
Khamim merupakan seorang yang memiliki watak keras. Ia tidak pernah mengeluh dengan kondisinya yang seperti itu. Bahkan, Fitria pun tak pernah sekalipun merasa keberatan untuk memberinya makan setiap harinya.
Baca Juga: Lumpuh Sejak Kecil, Daryanto, Pemuda 22 Tahun di Jombang Butuh Uluran Tangan
"Mbah Khamim tidak pernah rewel. Makannya tidak mau neko-neko. Daging atau ayam tidak pernah mau. Hanya lauk tempe sama nasi. Sering kali saya kasih sayur, tapi tidak dimakan sama beliau," terangnya.
Selama ini, keluarga Fitria lah yang mencukupi kebutuhan hidup Khamim. Keponakannya itu juga yang kerap membantu Khamim saat penyakit menyerangnya. Sedangkan adik-adik Khamim lainnya jarang datang menjenguknya.
"Mbah Khamim itu 6 bersaudara, kakaknya yang pertama sudah meninggal. Sedangkan adiknya, yang juga orang tua saya juga meninggal. Jadi sekarang tinggal tiga adiknya. Kalau ke sini ya beberapa bulan sekali," jelas perempuan berkerudung merah muda ini.
Baca Juga: Butuh Uluran Tangan, Remaja 16 Tahun di Jombang ini Tak Bisa Berjalan Sejak Kelas Satu MI
Menurut Fitria Khamim tidak sekalipun pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Sebab, ia tak memiliki kartu identitas kependudukan di Jombang. Kendati, supuluh tahun sudah, Khamim tinggal di Kota Santri.
"Tidak ada bantuan apapun. Beliau juga tidak memiliki KTP. Dulu pernah mau ngurus, tapi pihak desa minta surat pindah dari Mojokerto. Kami kesulitan untuk mendapatkannya," imbuhnya.
Ia berharap, ada solusi terkait dengan kejelasan identitas Khamim. Sehingga ia bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Baca Juga: Bocah SD di Jombang Sehari-hari Rawat Neneknya yang Sakit
"Harapannya juga dibantu. Saya sebenarnya baru setahun di sini, karena dulu ikut suami di Gresik dan Mojokerto. Kalau dari dulu mengetahui, sudah saya uruskan, biar punya identitas. Sehingga bisa dapat bantuan," tandasnya. (rom/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News