JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan tidak pernah sekalipun ingin menyinggung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bahkan dia sempat mengaku bingung kenapa politisi PDI Perjuangan itu sampai marah.
Basuki atau akrab disapa Ahok menilai Risma terlalu berlebihan jika menggelar konferensi pers karena ucapannya terkait Surabaya dan Jakarta Selatan.
Baca Juga: Politikus PKS Suswono Dianggap Hina Nabi, Yenny Wahid: Rasulullah Bukan Pengangguran
"Bu Risma jadi baper (bawa perasaan), marah, gelar konferensi pers, seolah-olah aku diadu domba sama beliau," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (12/8).
Dia menjelaskan, pernyataan mengenai perbandingan Surabaya dan Jakarta Selatan itu maksudnya memiliki kesetaraan administrasi, sama-sama pemerintahan kota. Alhasil, kurang tepat bilamana membandingkan Jakarta dengan Surabaya.
"Misalnya Adipura. Ada enggak bandingin kota Surabaya sama Jakarta? Enggak. Adipura itu bandinginnya apa? Surabaya dengan Jakarta Pusat atau Jakarta Selatan, wali kota sama gubernur juga beda. Jadi itu yang saya maksud, Surabaya itu setaranya itu kayak Jakarta Selatan, kan sama-sama kota," jelasnya.
Baca Juga: Cawe-Cawe Jokowi Jilid II, Disebut Jegal Anies dalam Pilgub DKI 2024
Ahok merasa tak perlu meminta maaf pada Risma karena merasa tak ada yang salah dengan perkataannya. Menurutnya, pernyataan yang dilontarkan itu sebagai dialog biasa yang bisa saja diungkap seorang kepala daerah yang ingin menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
"Aku enggak bersalah kok, aku langsung minta Sakti diupload (video wawancara) biar yang protes lihat. Dia kan nanya, 'Pak orang bandingin Risma trotoar taman lebih baik' langsung saya ngomong nah ini contoh dialog," katanya.
Ahok berdalih, justru dirinya sangat menginginkan banyak kepala daerah bisa bertarung di Jakarta. Sehingga masing-masing pasangan calon bisa memaparkan program kerja yang pernah dilakukan.
Baca Juga: Kehilangan 9 Kursi DPRD DKI Gegara Musuhi Anies, PDIP Bakal Dukung Anies dalam Pilgub DKI?
"Saya kasih contoh, kalau Risma maju di DKI salah satu topik adalah trotoar dan taman. Tentu saya harus menjawab kan saya petahana," tutupnya.
Ahok bahkan mengaku selalu menjadikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tempat pembelajaran. Kritikan pedas yang disampaikan Risma dianggap Ahok sebagai masukan bagi Pemprov DKI Jakarta. Ahok mencontohkan, kala Pemprov DKI Jakarta melakukan penertiban kawasan Kalijodo. Risma termasuk salah satu orang yang tidak sepakat dengan cara penertiban itu.
"Waktu saya ancurin Kalijodo, Ibu Risma kan kritik saya habis. Kamu baca beritanya semua. Ada enggak orang Jakarta marah atau saya marah? Enggak. Saya cuma anggap kalau dikritik ya saya belajar," katanya.
Baca Juga: Politikus PDI Perjuangan Ungkap Alasan Ahok Layak Maju di Pilgub Sumut 2024
"Kayak Doli gimana sih? Kan Bu Risma ngomong Doli harus gini, beda dong dengan Kalijodo. Lalu saya pelajari. Saya ketemu Kapolda, saya pelajari. Oh konteksnya beda. Doli sama Kalijodo beda," tambah mantan Bupati Belitung Timur ini.
Ahok juga mengungkit pernyataan Risma yang menyindir jeleknya trotoar di Jakarta. Bahkan, dalam beberapa forum Risma juga sempat menyampaikan Jakarta seperti tidak ada pemerintahannya.
"Misalnya di semua forum-forum resmi, beliau juga bilang Jakarta kayak gak ada pemerintah nih. Jelek gitu. Trotoarnya jelek. Saya malahan langsung instruksikan orang-orang saya, eh kamu belajar dong ke Surabaya," jelasnya.
Baca Juga: Viral Ahok Bilang Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja, PAN pun Bereaksi
Menurutnya, banyak hal yang dipelajari oleh Pemprov DKI Jakarta ke Pemda Surabaya. Bahkan, Ahok menilai, wilayah yang saat ini dipimpin oleh Risma menjadi barometer.
"Jadi saya justru mengikuti apa yang Surabaya lakukan," tutup Ahok.
Sebelumnya, pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, memicu kemarahan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma). Dia tidak terima jika keberhasilan Surabaya membangun trotoar disebut keberhasilan kecil dan dibandingkan ukurannya dengan Jakarta Selatan.
Baca Juga: Ahok Pengibar Politik Identitas Tingkat Tinggi, Pernah Diberi Gelar Sunan Kalijodo
Pernyataan kontroversial Ahok ini dinilai Risma bisa memicu kemarahan warga Surabaya. "Aku juga warga Surabaya yang punya harga diri," kata Risma yang mendadak menggelar jumpa pers di ruang kerjanya, Kamis (11/8) sore.
Risma menilai, pernyataan Ahok sama saja menghina dan merendahkan harga diri warga Surabaya. Risma memperlihatkan data. Luas Surabaya mencapai 374 kilometer persegi, sedangkan Jakarta 661,5 kilometer persegi. Kalau dibagi enam wilayah, luas Jakarta Selatan hanya sekitar 120 kilometer persegi. Dengan berpegang data ini, Risma secara tegas menolak jika Surabaya disebut sama luasnya dengan Jakarta Selatan. "Jadi Surabaya itu setengah lebih dibandingkan Jakarta," ujarnya.
Risma balik menyerang Ahok. Dia geram karena Ahok menyinggung Surabaya kaitannya dengan dukungan warga pada Risma. "Jadi ini bukan masalah pencalonan gubernur atau tidak. Tapi kalau begini saya jadi harus ngomong. Kenapa Surabaya diserang terus, kalau begini kan Surabaya dihina. Kalau warga Surabaya marah bisa bahaya makanya saya memutuskan untuk komentar lebih dulu," kata Risma.
Baca Juga: Ahok Mencari Pemimpin Bersih
Risma mengingatkan Ahok, jangan menyeret Surabaya dalam panasnya politik jelang pilgub DKI Jakarta. Dia menyindir Ahok yang seolah ketakutan bakal mendapat lawan kuat. Padahal Ahok punya modal sebagai calon petahana.
"Aku salah apa? Warga Surabaya salah apa? tidak usah takutlah Pak Ahok, wong beliaunya itu incumbent (petahana)," kata Risma.
Sementara Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, ucapan Ahok adalah sebagai bentuk strategi politik. Hendrawan menyebut, pernyataan Ahok ini seperti dalam teori pemasaran. Ahok, katanya, berusaha membentuk persepsi publik agar seperti yang dia harapkan.
Baca Juga: Kampung Akuarium Digusur Ahok, Kini Tanahnya Dibawa Anies ke IKN, Apa Maksudnya?
"Itu bagian dari strategi politik, gini loh untuk orang politik, marah, diam, cuek, kemudian macem-macem ini lah pokoknya itu adalah bagian dari strategi politik," kata Hendrawan.
"Itu yang namanya dalam teori pemasaran disebut positioning. Memposisikan diri agar publik memberikan persepsi sebagaimana yang diharapkan," sambung dia.
Pihaknya menilai, manuver yang dilakukan Ahok adalah sesuatu yang wajar dalam dunia politik. Sebab, kejadian serupa sudah pernah terjadi saat PDIP mengusung Joko Widodo dari Wali kota Solo ke DKI 1.
"Ya bagi kami kan komparasi yang simplistik. Komparasi atau perbandingan yang menyederhanakan persoalan. Biasa saja. Kan Gerindra kan pernah mengatakan Pak Jokowi juga sebagai wali kota Solo. Tidak ada yang istimewa," tegasnya.
Sementara kemarin, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengumpulkan semua ketua DPP. Pertemuan ini akan membahas lebih detail persiapan partai berlambang kepala banteng itu menyambut pilkada serentak 2017, termasuk Pilgub DKI 2017.
"Hari ini rapat. Pasti bicarakan nama. Sudah langsung evaluasi dan penelaahan terhadap figur-figur yang akan maju dalam kontestasi di DKI," Hendrawan.
Dia mengatakan, pengurus partai diminta untuk bertahan di Jakarta pekan ini. Sebab, selain membahas Pilgub DKI, ada kegiatan dan acara nasional yang harus diikuti, yakni peringatan kemerdekaan 17 Agustus.
"Saya dengar dari Pak Sekjen supaya standby di Jakarta. Kan minggu depan acara-acara penting terjadi. Persiapan 17 Agustus pidato kenegaraan. Dan pilkada nasional sudah mendekati, hari-hari terakhir," tutup dia.
Usai pertemuan, Megawati Soekarnoputri menginstruksikan seluruh kadernya memprioritaskan pencalonan kepala daerah untuk wilayah di luar Jakarta terlebih dulu. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keadilan politik di daerah.
"Kami diminta ketua umum untuk mengonsentrasikan pengajuan pasangan di daerah terlebih dahulu. Kami memutuskan Papua Barat, Sulawesi Barat, Banten dan sejumlah kabupaten/kota dulu," ujar Hendrawan. (mer/det/yah/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News