​Sindir Mega, Ahok Hanya Akui Jokowi sebagai Bos Politiknya

​Sindir Mega, Ahok Hanya Akui Jokowi sebagai Bos Politiknya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). foto: tempo

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Ada pernyataan menarik dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias . Ia mengungkapkan, saat ini ia masih punya satu bos di dunia politik, yakni Presiden Joko Widodo (). Ia menyatakan jangan sampai ia berbeda dengan .

"Saya tidak mau saya dengan Pak beda. Saya harus tetap di bawah seorang . Itu yang saya lakukan. Karena Pak diledek semua orang, Anda bilang petugas partai. Beliau bukan petugas partai," ujar dikutip detik.com  saat menjadi pembicara di Konferensi Nasional Young on Top 2016 di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).

"Beliau orang yang sangat sabar menanti saat yang tepat untuk 2019. Karena 2019 pencalonan presiden dan DPR sama. Kalau dulu enggak bisa. Sekarang Pak bisa enggak keluarkan Perpres untuk APBN yang ada mark up atau apa? Enggak bisa. Saya bisa pake Pergub. Pak enggak bisa," jelas

Tak jelas, apakah menyindir Mega. Yang pasti istilah “petugas partai” itu muncul dari pernyataan Megawati saat mengangkat sebagai capres, Mei 2014. "Pak , sampeyan tak jadikan capres, tapi Anda adalah petugas partai yang harus menjalankan tugas partai," kata Mega saat itu.

Selama ini memang hanya patuh pada . Sebaliknya, hubungan politik dengan Mega, mengalami pasang surut. Bahkan belakangan kian berani bertentangan dengan Mega. meski putri Bung Karno itu pimpinan partai politik terbesar di negeri ini.

Kini memutuskan untuk maju lewat jalur partai politik di Pilgub DKI 2017. Ia didukung Nasdem, Golkar dan Hanura. Ia berkali-kali menyatakan bahwa tiga partai itu cukup tanpa PDIP untuk maju ke pilgub DKI, meski ia bersyukur jika PDIP bergabung.

mengakui maju lewat partai politik akan mempengaruhi integritasnya, tapi ia punya pandangan lain.

"Integritas tergantung karakter Anda dong. Kalau orang bilang saya enggak ada integritas, saya bisa buktikan. Kalau Anda di posisi saya, bisa begitu powerfull sejuta orang sumbang, Anda rela enggak turun? Tidak," kata

menambahkan, saat ini sistem pemerintahan Indonesia masih semi parlementer.

"Mau Dubes, ABRI TNI mesti tanya ke DPR. Tapi kalau 2019, beda. Kalau Pak begitu kuat nanti, ke partai partai bisa 'eh lu mau ikut gua enggak'. Kalau enggak ikut gua calon DPR nya siapa siapa kita bisa tentukan. Menterinya siapa kita bisa tentukan. Kita harus sabar. Jadi orang pertempuran itu ada hitungannya. Orang bilang saya enggak sabar. Padahal saya orang yang sabar banget tahu, kata anak magang saya. Saksi hidup loh anak magang 30-40 orang bilang saya sabar banget," tutur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO