Waskito, Mbah Hasyim Menolak Ditawari Jepang Mimpin Indonesia

Waskito, Mbah Hasyim Menolak Ditawari Jepang Mimpin Indonesia Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari saat menerima delegasi Jepang

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari ternyata pernah ditawari Jepang untuk memimpin Indonesia. Namun Mbah Hasyim – panggilan akrab pendiri pesantren dan organisasi keagamaan Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU) - itu menolak.

”Kiai sekaliber beliau kan waskito,“ kata Hadidjojo, putera tokoh kemerdekaan RI Maroeto Nitimihardjo, kepada bangsaonline.com lewat telepon, Rabu (15 Maret 2017). Artinya, Mbah Hasyim punya kemampuan menerawang sesuatu yang belum terjadi. Selain itu tahu mana yang lebih bermanfaat bagi rakyat dan yang tidak sehingga tak punya ambisi pribadi.

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

Hadidjojo yang kini meluncurkan buku hasil karyanya berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo” mengaku mendapat banyak informasi tentang Mbah Hasyim itu dari ayahnya.

”Saya kan nanya-nanya kepada ayah,” tutur Hadidjojo yang mengaku mengikuti garis politik ayahnya yaitu Partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak) warisan Tan Malaka.

Hadidjojo menceritakan kronologisnya. ”Ayah saya kan tangan kanan Bung Hatta,” ungkapnya. Sehingga ayahnya (Maroeto) juga ditugasi berkomunikasi dengan Mbah Hasyim terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu

Ia bercerita, saat itu Bung Hatta dan Bung Sjahrir dibuang ke Digul oleh penjajah Belanda. Ketika Jepang mau menyerang Indonesia tiba-tiba Bung Hatta dan Bung Sjahrir dibawa ke Jakarta. ”Saat itulah Bung Hatta berhubungan lagi dengan ayah saya (Maroeto),” kata Hadidjojo.

Bung Hatta saat itu juga sudah ada komunikasi dengan pihak Jepang. Karena sebelum ditangkap Belanda Bung Hatta pernah ke Jepang.

Menurut Hadidjojo, Bung Hatta tahu Jepang punya garis politik bahwa yang mimpin Indonesia harus kelompok Islam. Garis tegas itu didasarkan pada hasil penelitian pihak Jepang.

Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini

”Jadi setelah mengadakan penelitian Jepang punya garis bahwa yang mimpin Indonesia harus kelompok Islam,” katanya.

Lalu siapa dari kelompok Islam itu yang pantas mimpin Indonesia. ”Ya, Mbah Jombang. Hasyim Asy’ari,” kata Hadidjojo mengutip pembicaraan pihak Jepang dengan pejuang Indonesia.

Namun Mbah Hasyim menolak. Mbah Hasyim malah mendorong puteranya KH Abdul Wahid Hasyim untuk terlibat aktif dalam pergerakan kemerdekaan bersama tokoh-tokoh nasional seperti Bung Hatta, Bung Karno, Bung Sjahrir, Tan Malaka dan sebagainya.

Baca Juga: Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII

Ternyata pilihan Mbah Hasyim tak salah. Kiai A. Wahid Hasyim yang menteri agama RI pertama ini bahkan bukan hanya genial dan cerdas, tapi juga selalu berperan penting dalam sejarah penting Indonesia. Misalnya nama Kiai A. Wahid Hasyim masuk dalam PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Selain itu Kiai A. Wahid Hasyim selalu tampil necis. ”Penampilannya keren betul, selalu pakai jas,” kata Hadidjojo. Sehingga sejajar dengan tokoh pergerakan lain seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir dan tokoh lainnya.

Menurut Hadidjojo, kiai sekaliber Mbah Hasyim memang waskito, punya kemampuan menerawang sesuatu yang belum terjadi. ”Beliau sudah tahu kalau bakal ada tamu ayah saya mau datang bersama Abdul Gani,” katanya.

Baca Juga: Profil Mochammad Afifuddin yang Ditunjuk Jadi Plt Ketua KPU Gantikan Hasyim Asyari

Hadidjojo menceritakan kiai-kiai NU terdahulu yang punya kewaskitaan. Ia mengaku punya pengalaman pribadi. ”Saya pernah datang ke Kiai As’ad Syamsul Arifin di Situbondo. Dia tahu tentang kesukaan saya padahal dia tak kenal saya. Dia bilang saya suka petualangan, suka naik gunung,” katanya heran.

Bahkan menurut Hadidjojo, kiai-kiai NU tempo dulu juga punya kemampuan bahasa asing yang luar biasa meski tak mempelajari secara formal. ”Kiai As’ad itu tidak hanya paham bahasa Belanda, tapi juga bahasa Inggris dan Prancis. Kalau bahasa Arab kan memang bahasa rutin kiai, tapi bahasa asing mereka menguasai ,” tuturnya.

Karena itu tak heran kalau kiai sekaliber Mbah Hasyim punya kemampuan waskita.

Baca Juga: Ribuan Santri Tebuireng Takbir Keliling dan Bakar Sate Massal, Idul Adha Makin Seru

Menurut dia, Mbah Hasyim juga sangat nasionalis. “Kalau itu (nasionalisme) sudah tak ada keraguan bagi kita, “ katanya. Bahkan, menurut dia, nasionalisme bagi Mbah Hasyim adalah harga mati. Buktinya, menurut Hadidjojo, Mbah Hasyim mengeluarkan fatwa jihad atau syahid. “Jadi merdeka atau mati,” kata mantan ketua umum Partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak)pada 1999 ini. 

Ia juga menegaskan bahwa Mbah Hasyim sangat tidak mau menunduk-nunduk kepada Jepang. Sehingga sikapnya terbaca jelas dan tak mau membungkuk pada Kaisar Jepang. (ma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO