Kebiasaan Baik Dr KHA Hasyim Muzadi (2): Di atas Lumayan Apa di bawah Lumayan, Nayamul

Kebiasaan Baik Dr KHA Hasyim Muzadi (2): Di atas Lumayan Apa di bawah Lumayan, Nayamul M. Mas'ud Adnan

Ada pertanyaan khas Kiai Hasyim Muzadi, terutama ketika minta respon atas pemikiran atau gagasan yang dilontarkan ke publik. ”Menurut kamu itu tadi di atas lumayan apa di bawah lumayan,” demikian Kiai Hasyim Muzadi biasanya menanyakan kepada saya. Saya pun menjelaskan sesuai apa yang saya ketahui.

Namun Kiai Hasyim Muzadi biasanya tak gampang puas. Pertanyaan serupa kadang ditanyakan lagi. Bahkan pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan sehingga kalau tak siap jawaban bisa kewalahan karena terus dicecar. Istri saya yang biasanya ikut mendengarkan percakapan telepon Kiai Hasyim Muzadi dengan saya (kadang saya loud speaker) sering tertawa terpingkal-pingkal.

”Waduh kalau saya tak bisa jawab,” kata istri saya.

Kadang Kiai Hasyim Muzadi pakai bahasa malangan yang dibalik. Misalnya kata lumayan diubah jadi nayamul. ”Gimana, nayamul apa tidak,” demikian pertanyaan Kiai Hasyim Muzadi. Awalnya saya bingung. Karena saya mengira nayamul itu bahasa Arab. Ternyata itu bahasa gaul Malang.

Yang menarik, Kiai Hasyim Muzadi menanyakan kualitas pemikiran dan gagasannya itu sering hanya berselang beberapa saat setelah dilontarkan. Misalnya, ketika saya pulang dari acara yang penceramahnya Kiai Hasyim Muzadi. Hanya berselang beberapa menit saya pulang, Kiai Hasyim Muzadi sudah telepon. Sambil menyetir saya menjelaskan secara rinci tentang pemikiran dan gagasan Kiai Hasyim Muzadi.

Pertanyaan berikutnya pun terlontar. ”Jadi, ada gunanya ya pemikiran abah itu,” demikian biasanya kalimat pertanyaan lanjutannya. Pertanyaan berikutnya, selalu terkait dengan NU. Apa penting dan apa ada gunanya untuk NU. ”Jadi, ada gunanya ya untuk NU,” demikian selalu pertanyaan beliau.

Memang hampir semua kegiatan dan pemikiran Kiai Hasyim Muzadi ujung-ujungnya bermuara pada NU. Tampaknya Kiai Hasyim Muzadi tak puas dan kurang afdhal kalau kiprah hidupnya tak bermanfaat bagi NU. Maklum, NU bagi Kiai Hasyim Muzadi sudah menjadi arena perjuangannya. Bahkan Kiai Hasyim Muzadi jadi pengurus NU mulai dari bawah, yaitu tingkat ranting.

”Saya di NU itu sudah khatam karena mulai dari ketua ranting sampai ketua umum PBNU,” katanya.

Jenjang karir yang menapak dari bawah inilah yang membawa Kiai Hasyim Muzadi jadi ulama organisator. Kiai Hasyim Muzadi sangat piawai mengomandani NU. Bahkan selama 10 tahun jadi ketua umum PBNU dan 10 tahun jadi ketua PWNU Jawa Timur, banyak warisan yang beliau tinggalkan, baik bangunan fisik seperti kantor NU maupun nilai-nilai luhur dan gagasan-gagasan serta pemikiran-pemikiran ke-NU-an yang sangat progresif sesuai dengan perkembangan jaman. (M Mas’ud Adnan/bersambung) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pastor Sindir Kiai Poligami, Ini Respon Cerdas dan Jenaka KH A Hasyim Muzadi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO