Oleh: M. Mas'ud Adnan
Ketika diundang ke Vatikan, Roma, pusat agama Kristen Katolik, Kiai Hasyim Muzadi mengaku disindir monsinyur (nama jabatan dalam agama Kristen Katolik yang levelnya lebih tinggi dari pastur).
Baca Juga: Hadiri Halaqah Pesantren Al-Hikam, Ketua Wantimpres Bersyukur Dekat Kiai Hasyim Muzadi
”Seorang monsinyur menyindir saya. Kok kiai NU istrinya banyak,” kata Kiai Hasyim Muzadi menirukan sindirian monsiyur itu saat ceramah di depan para pimpinan dan karyawan PT Garam Surabaya. Maksudnya, dalam Islam kok diperbolehkan beristri lebih dari satu. Padahal dalam ajaran Kristen, monsinyur dan pastur dilarang menikah.
Mendapat pertanyaan monsinyur itu Kiai Hasyim langsung berpikir keras. ”Wah ini mulai masuk dapur kita,” batinnya.
Kiai Hasyim menuturkan bahwa monsinyur itu minta agar Kiai Hasyim tidak emosi. Itu berarti harus dijawab secara cerdas tapi penuh humor.
Baca Juga: Ngaku Kiai Lasem, Nuduh Gus Dur Syiah, Ini Jawaban Penulis Ensiklopedi Gus Dur
”Saya jawab, ya itu kan untuk menampung wanita yang ditolak pastur. Tiap ada penolakan kan harus ada penampungan. Kalau tak ada penampungan kan terjadi pengangguran,” jelas Kiai Hasyim yang disambut ger para karyawan PT Garam.
”Kalau pengangguran tenaga kerja masih lumayan, tapi kalau pengagguran cinta kan bahaya,” kata Kiai Hasyim Muzadi lagi.
Dengan logika itu, menurut Kiai Hasyim, ternyata para pastur itu mengakui kebenaran ajaran agama Islam.
Baca Juga: Kiai Malik Madani: Dulu Saya Usulkan AHWA untuk Hadang Politisi Busuk, Tapi...
Kiai Hasyim Muzadi menjelaskan, itulah bedanya antara ajaran Islam dan Kristen dalam memperlakukan nafsu. Ia kemudian mencontohkan kasus nafsu. Menurut dia, dalam agama Kristen, nafsu itu dipotong begitu saja. Sebaliknya, dalam Islam justru dipelihara, tapi dikendalikan. Pada sisi lain, dalam masyarakat Eropa nafsu justru diumbar secara bebas.
”Ada sebuah perkampungan di Eropa yang punya budaya sangat bebas. Di situ seorang istri disebut isteri umum. Artinya, siapa saja boleh melakukan hubungan badan dengan dia. Nanti kalau punya anak, bisa diasuh sendiri atau diserahkan kepada negara,” katanya.
Jadi di luar agama Islam terjadi dua kutub ekstrem dalam menghadapi nafsu. Yaitu dipotong atau diumbar secara bebas. ”Nah, Islam berada di tengah. Kalau dalam Islam, nafsu itu tidak dipotong dan tidak diumbar secara bebas. Tapi dikendalikan,” tegasnya. (M Mas’ud Adnan/bersambung)
Baca Juga: Haul ke-4, Empat Hikmah Tarbawi Abah Hasyim Muzadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News