Oleh: M Mas'ud Adnan
Meski kenal baik dan sering diajak diskusi, tapi saya tetap kritis dalam merespon pemikiran dan kebijakan Kiai Hasyim Muzadi. Lebih-lebih saat Kiai Hasyim Muzadi menjabat sebagai ketua umum PBNU. Suatu saat saya menulis opini di Jawa Pos berjudul 'NU Mulai Miring ke Kanan'. Tulisan itu mengkitisi sikap PBNU yang cenderung formalistik dalam merespon situasi sosial politik. Kabarnya, banyak sekali teman-teman di sekeliling Kiai Hasyim Muzadi memberi masukan (untuk tak mengatakan memprovokasi) agar beliau menyikapi tegas tulisan saya itu.
Baca Juga: Hadiri Halaqah Pesantren Al-Hikam, Ketua Wantimpres Bersyukur Dekat Kiai Hasyim Muzadi
Tapi ternyata Kiai Hasyim Muzadi tetap tenang dan tak terprovokasi. Termasuk ketika bertemu saya. Malah sambil tertawa Kiai Hasyim Muzadi mengajak guyon ketika bertemu saya. ”Gimana Mas’ud, la mahalla di PKB ya,” katanya sembari tertawa. Saya ikut tertawa tapi – terus terang – tersipu malu. Ternyata Kiai Hasyim Muzadi punya jiwa besar dan luar biasa.
Terkait tulisan saya, Kiai Hasyim Muzadi menjelaskankan secara bijak dan pakai logika cerdas. ”Selama ini NU cenderung ke kiri. Makanya ketika NU saya tarik ke tengah orang merasa ditarik ke kanan,” katanya sambil tersenyum.
Saya pun tersenyum. Saya membatin, Kiai Hasyim Muzadi ini memang cerdas. Setiap menjawab persoalan selalu pakai logika sehingga lawan bicara dan debatnya bisa menerima secara rasional.
Baca Juga: Ngaku Kiai Lasem, Nuduh Gus Dur Syiah, Ini Jawaban Penulis Ensiklopedi Gus Dur
Kecerdasan Kiai Hasyim Muzadi ternyata bukan hanya dalam pemikiran dan wacana. Tapi juga dalam memimpin organisasi NU. Kiai Hasyim Muzadi bukan hanya muballigh dan penceramah, tapi juga seorang organisator ulung. Buktinya, selama NU dipimpin Kiai Hasyim Muzadi, semua PWNU dan PCNU benar-benar tertata secara organisatoris. Bahkan pada era kepemimpinan Kiai Hasyim Muzadi inilah PCI di luar negeri banyak ditumbuhkan.
Kepiawaian dan kecerdasan dalam memimpin NU itulah yang semakin mengibarkan wibawa Kiai Hasyim Muzadi di tingkat nasional dan internasional. Banyak ulama internasional yang terus menjalin komunikasi dengan Kiai Hasyim Muzadi, meski beliau sudah tak duduk dalam struktur PBNU.
Karena itu wajar kalau banyak tokoh yang kagum terhadap kehebatan Kiai Hasyim Muzadi. KHR Fuad Amin, mantan bupati Bangkalan, pernah menyatakan, “Seandainya NU punya 5 orang atau kiai seperti Kiai Hasyim Muzadi, pasti NU maju,” katanya suatu ketika.
Baca Juga: Kiai Malik Madani: Dulu Saya Usulkan AHWA untuk Hadang Politisi Busuk, Tapi...
Faktanya memang banyak ketua NU tak paham ilmu organisasi sehingga tak bisa membedakan antara dirinya dengan lembaga yang dipimpinnya. Misalnya PWNU atau PCNU dianggap identik dengan dirinya sehingga merasa power full. ”PWNU itu kan saya, PCNU itu kan saya.” Bahkan kadang mereka juga tak bisa membedakan apa itu pleno dan rapat. (m mas’ud adnan/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News