Oleh: M Mas'ud Adnan
Kiai Hasyim Muzadi bercerita secara blak-blakan kondisi ekonominya ketika masih muda. Sewaktu menjadi mahasiswa dan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ia mengaku sangat kesulitan ekonomi. Bahkan saking melaratnya ia mengaku tak bisa bayar kos. Maklum orang tuanya sudah tak mengirimi uang.
Baca Juga: Hadiri Halaqah Pesantren Al-Hikam, Ketua Wantimpres Bersyukur Dekat Kiai Hasyim Muzadi
”Karena tak bisa bayar, akhirnya saya diusir,” tuturnya sembari mengatakan bahwa saat itu ia kos bersama temannya yang juga aktivis PMII.
Ia akhirnya keluar dari rumah kos dan berjalan kaki mencari tempat sekadar untuk numpang tidur. ”Karena tak punya uang jalan kaki,” katanya.
Anehnya, temannya sebelum meninggalkan rumah itu masih sempat mencuri timba sumur milik ibu kosnya. Timba itu dijual karena tak punya duit.
Baca Juga: Ngaku Kiai Lasem, Nuduh Gus Dur Syiah, Ini Jawaban Penulis Ensiklopedi Gus Dur
”Saya tanya kok timbanya dicuri, dia bilang kan kita sudah tak tidur di situ lagi,” tutur Kiai Hasyim Muzadi menirukan jawaban temannya sembari tertawa.
Kiai Hasyim Muzadi kemudian numpang di kantor PMII. Sambil aktif di PMII Kiai Hasyim Muzadi kemudian mengembangkan profesi sebagai penceramah atau muballigh. Ia yang bercita-cita jadi orator seperti Bung Karno mulai diundang orang. Kiai Hasyim Muzadi memang punya kemampuan orasi cukup baik meski suaranya tak menggelegar seperti Bung Karno.
”Pulangnya dikasih berkat (nasi lauk dan kue dari acara) dan dimakan bersama oleh teman-teman PMII,” katanya.
Baca Juga: Kiai Malik Madani: Dulu Saya Usulkan AHWA untuk Hadang Politisi Busuk, Tapi...
Sejak itu Kiai Hasyim Muzadi mulai memegang uang karena dapat bisyarah atau salam tempel dari hasil ceramahnya. ”Mulailah ekonomi membaik,” katanya.
Bahkan Kiai Hasyim Muzadi kemudian terpilih sebagai anggota DPRD. Sejak itu karirnya terus meningkat pesat. Apalagi di NU, Kiai Hasyim Muzadi terus mendapat jabatan strategis. Dimulai sebagai aktivis PMII dan ketua ranting NU sampai ketua Ansor Jatim dan ketua PWNU Jatim bahkan kemudian terpilih sebagai ketua umum PBNU dua periode.
Ia mengaku khatam jabatan di NU karena dimulai dari ketua ranting NU sampai jabatan tertinggi di NU yaitu ketua umum PBNU due periode. (m mas’ud adnan/bersambung)
Baca Juga: Haul ke-4, Empat Hikmah Tarbawi Abah Hasyim Muzadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News