SURABAYA, BANGSAONLINE.com - HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) adalah saudara kita juga. Kita doakan saja mendapat hidayah supaya bisa masuk NU atau Muhammadiyah. Dua organisasi Islam inilah yang memiliki peranan besar dalam membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kata-kata ini diungkapkan Dr KH Imam Gazali Said, MA, saat didaulat menjadi narasumber acara diskusi Cangkir9 atau Cangkruk Pikir Sembilan, di Aula Salsabila (depan musholla) lantai 1 Gedung PWNU Jatim, Selasa (9/5) malam.
Dalam kesempatan itu, Kiai Gazali, begitu ia disapa, membantah tuduhan yang pernah dilontarkan HTI bahwa KH Wahab Hasbullah (Kiai Wahab) mendukung khilafah. Ia kemudian menceritakan kronologi, di mana saat itu Raja Fuad I Mesir mengiginkan kembalinya khilafah dengan mengundang Negara-negara Islam di dunia dan salah satunya adalah Indonesia yang waktu itu masih bernama Jawa.
Baca Juga: Salam Lintas Agama Dihukumi Haram Tak Terkait Intoleran
Maka, lanjutnya, berangkatlah utusan dari Jawa itu yakni Muhammadiyah, HOS Cokroaminoto serta Kiai Wahab mewakili kaum tradisional karena waktu itu NU belum berdiri. Namun sayang, Kiai Wahab tiba saat kongres sudah selesai karena undangan yang sampai padanya datang terlambat.
“Saya sudah lihat absennya di Mesir tidak ada,” ungkap dosen UINSA Surabaya ini.
Ia menambahkan, kongres yang bertujuan mengangkat kembali khilafah tersebut ternyata mengalami kegagalan karena masing-masing utusan Negara saling menginginkan menjadi khalifah. Karena khilafah atau khalifah gagal terbentuk, maka perjuangan dilakukan berdasarkan azas kenegaraan masing-masing.
Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said
Dosen alumni Universitas Al-Azhar Mesir ini juga menyayangkan pemberian gelar kepahlawanan kepada para kiai tidak diberikan lebih awal. Sepeti kepada Hadratussaikh KH M Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab Hasbullah serta KH As’ad Syamsul Arifin.
Menurutnya, HTI itu ketinggalan zaman karena tidak mengikuti perkembangan pemikiran. HTI menganggap, ada atau tidak ada khilafah harus selalu ditegakkan seperti hukum wajibnya shalat lima waktu.
“Kalau ditinggal mendapat dosa, ini pemikiran khilafah,” jelas Cendekiawan Muslim yang banyak mengamati gerakan Islam radikal ini.
Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...
Ia melanjutkan, runtuhnya khilafah adalah era ijtihad untuk menentukan nasib masing-masing. Dalam konteks Indonesia, KH Wahid Hasyim telah memasukkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. Kalau Islam menuntut, silakan kembali kepada Piagam Jakarta yang menjiwai UUD 1945.
“De facto dan de jure, Indonesia adalah Negara Islam. UU perkawinan yang ada sekarang berkat peran Kiai Bisri Syansuri,” tegas alumni S3 Kairo University Mesir serta Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya ini.
Acara diskusi semakin semarak karena kehadiran seorang narasumber lainnya yakni, Dr Ainur Rofiq Al-Amin, MAg. Doktor yang biasa disapa Gus Rofiq ini adalah seorang santri mantan anggota HTI yang sekarang sudah mendapat hidayah kembali ke pangkuan NKRI dan NU. Ia menjelaskan pengalamannya sewaktu masih menjadi anggota HTI dengan gayanya yang khas, kocak, spontan dan santai.
Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?
Sekadar diketahui, Cangkir9 adalah forum diskusi santai yang digagas oleh para aktivis muda lintas banom dan lembaga internal PWNU Jatim. Forum ini bersifat terbuka, mengangkat berbagai tema aktual seputar ke-NU-an, Keislaman, Keindonesiaan, pendidikan, sosial, kebudayaan dll, yang dikemas secara ilmiah, kontekstual, solutif dan menyenangkan tanpa ada tendensi atau agenda apapun selain untuk kemaslahatan NU dan Bangsa.
Penggagas acara, Ahmad Najib AR (Gus Najib) mengaku sangat terkejut sekaligus senang sekali dengan banyaknya peserta yang hadir dalam diskusi perdana ini. Ketua PW Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jatim ini lalu mengaitkan membludaknya peserta itu dengan adanya pembubaran HTI oleh pemerintah melalui Menkopolhukam Wiranto, Senin (8/5) lalu. (ari/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News