Tanya-Jawab Islam: Mencari Hari Baik untuk Memulai Sesuatu

Tanya-Jawab Islam: Mencari Hari Baik untuk Memulai Sesuatu DR KH Imam Ghazali Said MA

>>>>>> Rubrik ini menjawab pertanyaan soal Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan pembimbing Dr. KH. Imam Ghazali Said. SMS ke 081357919060, atau email ke bangsa2000@yahoo.com. Jangan lupa sertakan nama dan alamat. <<<<<<

Pertanyaan:

Baca Juga: Saya Dilamar Laki-Laki yang Statusnya Pernah Adik, Keluarga Melarang, Bagaimana Kiai?

Assalamualaikum wr wb. Pak Yai nyuwun perso menawi pendapat panjenengan mbangun untuk TPQ kaleh mandap damel usaha perlu dipun padosi dintenipun punopo mboten, apa harus menunggu hari yang baik, kira-kira bagaimana menurut Panjenengan Pak Yai? (H. Ruba’I, Biak Papua)

Jawaban:

Pada dasarnya tidak ada satu dalil pun yang menyatakan hari ini adalah hari baik dan hari itu adalah hari buruk. Apalagi penentuan hari A untuk membangun rumah atau hari B untuk menikah. Semua hari dianggap baik di dalam Islam. Andaikan untuk memulai menimba ilmu atau bekerja tidak pernah ada di dalam agama tuntunannya harus hari ini dan hari itu.

Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?

Ketentuan hari baik itu bukan pada waktu hari itu, tapi pada amal perbuatan yang sudah kita lakukan pada hari itu. Maka, hari baik adalah pada saat kita dapat beramal baik. Allah berfirman di dalam Alquran,

“Demi Waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman yang beramal saleh, yang saling menasehati atas kebenaran dan yang saling menasehati untuk bersabar”. Qs. Al-Asr: 1-3)

Surat di atas memberikan pengertian bahwa semua orang dalam hari-harinya itu rugi kalau tidak melakukan empat hal di atas. Oleh sebab itu, orang yang beruntung adalah mereka yang memiliki kemampuan melakukan empat hal tersebut. Maka, barometer baik dan tidaknya bukan waktu, tapi amal perbuatan.

Baca Juga: Rencana Nikah Tak Direstui karena Weton Wanita Lebih Besar dan Masih Satu Buyut

Nah, memang ada sebagian ulama yang menggunakan dalil dari hadis nabi yang dilaporkan oleh Abu Hurairah tentang hadis penciptaan alam semesta bukan ajaran atau perintah untuk memulai pekerjaan. Hadis ini sifatnya hanya pemberitahuan saja bukan perintah kepada manusia.

ﺭﻭﻯ ﻣﺴﻠﻢ ‏( 2789 ‏) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﺃَﺧَﺬَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻴَﺪِﻱ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ‏( ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺍﻟﺘُّﺮْﺑَﺔَ

ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺴَّﺒْﺖِ ، ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻟْﺠِﺒَﺎﻝَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺄَﺣَﺪِ ، ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟِﺎﺛْﻨَﻴْﻦِ ، ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟْﻤَﻜْﺮُﻭﻩَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺜُّﻠَﺎﺛَﺎﺀِ ، ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻨُّﻮﺭَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺄَﺭْﺑِﻌَﺎﺀِ ، ﻭَﺑَﺚَّ ﻓِﻴﻬَﺎ

Baca Juga: Hati-Hati! Seorang Ayah Tak Bisa Jadi Wali Nikah jika Anak Gadisnya Hasil Zina, Lahir di Luar Nikah

ﺍﻟﺪَّﻭَﺍﺏَّ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴﺲِ ، ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﺁﺩَﻡَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓِﻲ ﺁﺧِﺮِ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﻓِﻲ ﺁﺧِﺮِ ﺳَﺎﻋَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺳَﺎﻋَﺎﺕِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ

ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ‏)

“Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasul memegang tangannya dan bersabda: Allah menciptakan Bumi pada hari Sabtu, dan menciptakan gunung pada hari Ahad, dan menciptakan pohon pada hari Senin dan menciptakan hal yang tidak disukai pada hari Selasa, dan menciptakan cahaya pada hari Rabu dan menyebarkan hewan-hewan pada hari Kamis dan menciptakan Nabi Adam as setelah ashar akhir waktu hari Jumat antara ashar dan malam”. (Hr. Muslim:2789)

Baca Juga: Bagaimana Hukum Mintakan Ampun Dosa dan Nyekar Makam Orang Tua Non-Muslim?

Nah, mereka menggunakan dalil ini, meskipun banyak yang mengkritik dari kalangan ahli hadis atas kebenarannya dan juga substansinya juga hanya pemberitaan, bukan perintah yang untuk dijalankan oleh umat.

Oleh sebab itu, para kyai biasanya tabarrukan dengan hadis ini dan akhirnya meniru dalam memulai hal-hal baik disesuaikan dengan waktu-waktu dalam hadis tersebut. Misalnya, jika menuntut ilmu atau bangun pondok dimulai hari Rabu, kalau mau bertani atau menanam apapun pada hari Senin, kalau mau dagang hari Kamis, kalau membangun rumah agar kuat seperti gunung pada hari Ahad.

Apa yang dilakukan para kyai masih ada korelasinya, yaitu tabarrukan saja, bukan meyakini hari-hari selain itu adalah sial. Adapun ramalan-ramalan yang dilakukan oleh para dukun tentunya tidak berdasar sama sekali dalam ajaran Islam, maka tidak saya bahas di sini.

Baca Juga: Menghafal Alquran, Hafal Bacaannya, Lupa Panjang Pendeknya, Bagaimana Kiai?

Akhirnya, tetap perlu diingat, bahwa ini bukan dalil syar’inya, sebab beda subtansi. Bagi kalangan di luar NU tidak membenarkan ini, tapi bagi kalangan NU istilahnya ngambil berkahnya saja melalui hadis ini sambil meyakini bahwa semua hari yang diciptakan Allah adalah baik, bukan sial. Wallahu A'lam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO