PACITAN, BANGSAONLINE.com - Meski sempat menuai kontroversi, namun festival rontek dalam rangka memeriahkan HUT Proklamasi ke-72 di Kabupaten Pacitan tetap dilaksanakan selama tiga hari. Festival ini berlangsung sejak tanggal 4 dan berakhir malam ini.
Namun begitu, di paruh waktu pelaksanaan unjuk seni menabuh tetek tersebut, sejumlah pelaku seni di kabupaten berjuluk Kota 1001 Goa itu kembali menyuarakan kritik pedas.
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Persoalan tersebut terkait adanya kontestan rontek yang ditengarai memasukkan seniman-seniman luar daerah guna "memoles" penampilan dalam festival tersebut. Tentu marwah pelestarian budaya lokal asli Pacitan itu menjadi hilang. Yang ada hanya sebuah ajang jor-joran, dengan mengesampingkan intisari nguri-nguri budaya yang sebenarnya.
"Bukan itu yang kami harapkan dari penyelenggaraan festival rontek di Pacitan. Kami sangat mengedepankan nilai seni yang sejati, bukan dipoles-poles dengan mengadopsi budaya luar," tutur Bambang Trenggono, salah seorang pelaku seni di Pacitan, Rabu (6/9).
Bambang berharap, dengan mencuatnya persoalan tersebut, tim juri diminta lebih bijak dan lebih memposisikan kenetralannya. Jangan hanya mengedepankan nilai-nilai estetika dari kontestan, namun lebih mengedepankan nilai serta arti dari budaya lokal yang sebenarnya. "Buat apa baik dari sisi penampilan, tapi kalau kontestan itu mengadopsi budaya luar. Tentu hal tersebut justru akan merusak marwah rontek yang sebenarnya," tegas mantan Kabid Pendapatan, DPPKA ini pada pewarta. (yun/rev)
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News