Ansor-Pemuda Muhammadiyah: Bahaya, Cabut Kewarganegaraan Anggota ISIS

Ansor-Pemuda Muhammadiyah:  Bahaya, Cabut Kewarganegaraan Anggota ISIS

Jakarta(bangsaonline)Secara faktual, gagasan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau ideologi yang serupa memang belum terlalu kuat di Indonesia. Namun demikian, potensi gerakan ini harus tetap diwaspadai karena membahayakan.

Demikian disampaikan Ketua Umum Gerakan Pemuda , Nusron Wahid. Menurut Nusron, geneologi pemikiran model ISIS ini sudah banyak berkembang di kalangan anak muda, terutama muslim perkotaan di Indonesia. Akar pemikiran ISIS adalah cita-cita negara, khilafah atau daulah Islamiyah, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai sumber hukum formal negara.

"Kalau dilihat dari model pemikiran ini, sudah sangat mengakar dan banyak di Indonesia, terutama di kalangan 'santri baru'. Yaitu anak muda kota yang baru belajar agama, tapi baru kulitnya belum substansi-nya. Ini berbahaya," kata Nusron dalam keterangan beberapa saat lalu (Selasa, 5/8).

Menurut Nusron, salah satu indikiasi gagasan ISIS adalah keinginan memasukkan syari'at Islam menjadi hukum formal di Indonesia. Sadar atau tidak, suka atau tidak gagasan ini banyak sekali, sementara pihak yang melawan gagasan ini sering dituduh liberal. Padahal masalah ini bukan masalah liberal atau Syi'ah, tapi keluar dari konteks akar ke-Indonesi-an, sebagai sebuah negara-bangsa yang sudah punya fondasi bersama bernama Pancasila.

"Dikit-dikit tuduhannya liberal kalau menolak gagasan ini. Kelompok ini suka kasih cap negatif sama orang yang berbeda dengan kelompoknya," ungkap Nusron.

Karena itu, Nusron mendorong pemerintah dan masyarakat, terutama tokoh agama dan organisasi keagamaan, untuk secara bersama-sama melakukan gerakan penyadaran kepada masyarakat.

"Kuncinya kembalikan kepada Pancasila. Sebab kita orang Indonesia. Kalau kita beragama Islam, kita ini tetap orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang kebetulan ada di Indonesia. Artinya Ke-Indonesia-an kita tidak boleh diganggu dengan konsep ke-Islam-an kita," ungkap Nusron, yang juga anggota Komisi XI DPR.

"Sebaliknya spirit ke-Islam-an kita jadikan utk memperkuat kebangsaan dan ke-Indonesia-an. Penyadaran ini penting terutama untuk kalangan muda perkotaan. Biar utuh dan matang pemahaman keagamaan dan kebangsaannya," demikian Nusron.

Sementara Pimpinan Pusat kembali mendesak pemerintah bersikap tegas menghadapi WNI yang menjadi pengikut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Kali ini, PP mendesak pemerintah mencabut kewarganegaraan WNI yang terbukti ikut bergabung dalam ISIS.

Pasalnya, mereka yang menjadikan paham dan gerakan ISIS sebagai ideologi jelas-jelas bertentangan dengan falsafah dan dasar negara Indonesia. Di samping itu, ideologi dan gerakan dinilai dapat merongrong eksistensi dan kedaulatan NKRI.

"Kalau menerima ideologi ISIS, otomatis menolak Pancasila. Kalau menolak Pancasila, pasti juga menolak UUD 45 beserta semua UU yang menjadi turunannya. Orang seperti itu dinilai tidak memiliki tempat lagi untuk hidup bersama dengan WNI lainnya,” ujar Ketua Umum PP , Saleh Partaonan Daulay dalam perbincangan dengan redaksi beberapa saat lalu (Selasa, 5/8).

Selain itu, secara kasat mata dapat dilihat bahwa gerakan dan ideologi dikembangkan dengan cara-cara kekerasan. Sudah banyak korban jiwa yang jatuh sejak diproklamasikan. Tindakan kekerasan seperti itu sangat jauh dari nilai-nilai sosial dan spiritual rakyat Indonesia.

Berkaitan dengan itu, meminta kepada pemerintah untuk segera menangkap orang-orang yang terbukti ikut mengembangkan ISIS di Indonesia. Selain mengancam ideologi dan dasar negara, tindakan mereka adalah tindakan melanggar hukum karena secara tidak langsung berkeinginan mendirikan negara di atas negara. Bahkan pada titik tertentu, tidak salah bila disebut bahwa penyebaran ideologi Isis adalah tindakan makar (subversif).

Gerakan ISIS tidak boleh dianggap enteng. Apalagi saat ini, Indonesia tengah menghadapi transisi kepemimpinan nasional. Jika lengah, dikhawatirkan ISIS dengan mudah melebarkan sayapnya. Terbukti, di Timur Tengah mereka berhasil memanfaatkan instabilitas politik untuk memperluas jaringan dan pengaruhnya.

"Pada mulanya orang menganggap ISIS itu hanya kelompok kecil. Begitu mereka proklamasi, ternyata kekuatannya besar. Persenjataan militernya cukup lengkap. Tidak heran bila mereka dengan cepat dapat menguasai sebagian wilayah Iraq dan Syiria. Mereka pandai memanfaatkan situasi politik di kedua negara tersebut. Karena itu, wajar jika pemerintah mewaspadai pergerakan mereka di Indonesia,” demikian Saleh.

Baca Juga: Salamul Huda Nahkodai GP Ansor Kota Probolinggo

Sumber: beritaprotes.com/siperubahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO