SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kharisma dan ketokohan KH Dr Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) makin diakui semua pihak. Cucu pendiri NU Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari ini bahkan kini banyak menjadi referensi tokoh-tokoh nasional baik karena pemikirannya yang dikenal arif dan obyektif juga karena integritasnya sebagai tokoh bangsa yang clear dan clean.
Yang menarik, untuk mengenal pemikiran Pengasuh Pondok Pondok Pesaantren Tebuireng Jombang Jawa Timur ini tak sulit. Maklum, Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng ini sangat produktif menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam tulisan di berbagai media massa. Diantaranya di Kompas, Harian Bangsa, Jawa Pos, Republika, Pelita dan berbagai media lainnya.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Nah, pemikiran-pemikiran genial yang berserakan di berbagai media itu kini diterbitkan dalam bentuk buku berjudul: Memadukan Keislaman dan Keindonesiaan (Esai-Esai Kebangsaan). Salah satu ciri khas pemikiran kebangsaan Gus Solah adalah perpaduan antara pemikiran Mbah Hasyim – panggilan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dan pemikiran KH Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Solah sendiri. Seperti kita maklumi, Mbah Hasyim dan Kiai A Wahid dikenal sebagai pemimpin Islam yang mampu menjembatani semua pihak, terutama antara kelompok nasionalis dan Islam yang sempat bersitegang akibat pembahasan ideologi negara.
Kiai A Wahid Hasyim juga dikenal sebagai pemimpin Islam yang mampu mengayomi kelompok-kelompok Islam, meski berbeda paham. Menteri Agama RI pertama yang melahirkan IAIN (kini UIN) ini juga dikenal sebagai tokoh termuda anggota 9 Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mampu menjembatani kelompok Islam tradisionalis dan Islam modernis.
Peran-peran besar Mbah Hasyim dan Kiai A Wahid Hasyim dalam perjuangan kemerdekaan dan penataan ideologi bangsa itu kemudian diapresiasi oleh pemerintah dengan dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asyari: Pemersatu Umat Islam Indonesia, Khofifah: Dahysat Secara Substansi
Buku setebal 300 halaman ini akan dibedah dan dibahas oleh para tokoh nasional. Diantaranya H. Dahlan Iskan (CEO Jawa Pos Group), Dr H Zulkifli Hasan (Ketua MPR RI), Prof Dr H M Nuh DEA (mantan Mendiknas, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Rektor ITS), Prof H Dr Jimly Asshidiqie (Ketua Umum ICMI Pusat dan mantan Ketua MK) dan Prof Dr H Nurkholis Setiawan (Irjen Kemenag RI).
Selain para tokoh itu juga bakal hadir Emil Elistianto Dardak (Bupati Trenggalek), Prof H M Nasikh (mantan Rektor Unair), Konbespol Dr Syafiin (Gus Syaf), Sekretaris Militer Presiden era Habibie, Gus Dur, dan SBY serta para tokoh lain. Bedah buku ini bakal dipandu moderator HM Mas’ud Adnan, S.Sos, M.Si, Direktur BBStv yang juga Direktur HARIAN BANGSA dan bangsaonlinecom. “Banyak sekali peserta yang sudah konfirmasi mau hadir, baik pengusaha, aktivis, maupun tokoh-tokoh agama, ” kata Yusuf Hidayat, inisiator dan ketua panita bedah buku ini kepada bangsaonline.com dan HARIAN BANGSA. “Alumni Tebuireng yang tergabung dalam Ikapete juga kompak bakal hadir,” tambah Yusuf Hidayat.
Acara bedah buku ini bakal digelar pada Ahad 22 Oktober mulai pukul 9.30 WIB di Hotel The Alana Jalan Ketintang Baru yang letaknya dekat Graha Pena Jalan A Yani Surabaya. Acara ini diback up oleh Ikapete dan media patner BBStv, HARIAN BANGSA, bangsaonline.com, Radio Network Suara Muslim, Pustaka Tebuireng, Tebuireng Online, dan media lain. (tim)
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News