GRESIK, BANGSAONLINE.com - Atap kelas bangunan SMPN 2 Kebomas di Jalan Bengawan Solo Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik ambruk, Selasa (28/11/2017) pagi tadi sekitar pukul 06.20 WIB. Ada dua atap bangunan yang ambruk, yakni di ruang kelas VII-E dan kelas VII-F
Nahas, ambruknya atap kelas yang terbuat dari galvalum itu menimpa dua siswi yang kebetulan sedang piket. Kedua siswi tersebut adalah Atita kelas VII-E dan Devi siswi kelas VII-F. Beruntung, keduanya tidak mengalami luka parah, sehingga masih bisa mengikuti belajar mengajar.
Baca Juga: Hari Anak Nasional, Petrokimia Gresik Berbagi Inspirasi untuk Pelajar di Sekitar Perusahaan
Berdasarkan info yang dihimpun, atap tersebut ambruk diduga karena gentingnya tak mampu menahan beratnya resapan air hujan yang mengguyur beberapa hari ini.
Kini kejadian tersebut sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Pemkab Gresik oleh pihak sekolah.
Sholeh, Kepala Urusan (Kaur) Humas SMPN 2 Kebomas membenarkan adanya dua siswi yang menjadi korban dalam musibah ambruknya atap kelas tersebut.
Baca Juga: Pastikan Awal MPLS Lancar, Wakil Bupati Gresik Sidak ke Sejumlah Sekolah
"Semuanya sudah ditangani Dinas Pendidikan. Untuk korban dipastikan dua siswi, Atita dan Devi. Keduannya kebetulan sedang piket kebersihan kelas. Sedangkan siswa lainnya tidak terjadi apa-apa karena kebetulan proses belajar mengajar belum dimulai," ungkapnya.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Mahin selaku Kepala Dispendik Gresik menyatakan bahwa pihaknya sudah memerintahkan jajarannya untuk menginventarisir semua ruang sekolah Negeri yang berpotensi rusak.
"Hal ini dilakukan agar anggaran untuk tahun 2018 bisa tersalur dengan benar. Sedangkan untuk peristiwa ambruknya atap SMPN 2 Kebomas masih dalam mengumpulkan berita dari pihak sekolah dan akan dilaporkan ke Bupati," katanya.
Baca Juga: Syahrul Terkesan dengan Sistem Pembelajaran di SMP Milik Ainun Najib
"Saat ini kami masih mengumpulkan data dan nanti akan kami serahkan ke Bupati, karena berhubungan dengan kewenangan anggaran dana tidak terduga," katanya.
"Untuk pihak sekolah kami perintahkan untuk memberi ruang sementara sebagai ganti ruang tersebut. Bisa di ruang labolatorium atau ruang lain yang tidak mengganggu belajar mengajar siswa," pungkasnya. (hud/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News