Unik, Jualan Buku Bekas Sampai Dini Hari

Unik, Jualan Buku Bekas Sampai Dini Hari Ilham di gerai bukunya. foto: A ZULVA/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Adalah Ilham Efendi (36), seorang penjual buku bekas di Kampung Buku yang konsisten berjualan hingga dini hari. Adakah yang membeli buku di saat dini hari?

Jika penjual buku lain sudah menutup gerainya pada pukul 21.00 wib, dan gerbang kampung buku pun telah ditutup. Tetapi Ilham malah tetap membuka gerainya. “Jika ada yang ingin beli buku, barulah saya buka gerbangnya,” kata dia.

Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap

“Mindset sangat memengaruhi kesuksesan berwirausaha, kalau kita hanya membatasi waktu buka, ya tidak tahu kapan rezeki datang kepada kita. Yang terpenting konsisten,” ujarnya saat dijumpai di kios buku.

Efendi sangat yakin, pintu rezeki dibuka 24 jam, asalkan ada kemauan. “Tergantung, kita mau jemput bola atau tidak,” ucap dia.

Ia memaparkan, jika waktu yang digunakan sebaiknya digunakan untuk berjaga toko, ketimbang nongkrong bersama teman-temanya di warung kopi.

Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas

Dia pun bercerita, sebelum memfungsikan dua toko yang saat ini dia miliki, tahun 2000 ia sempat jualan buku di emper sepanjang Jl Semarang. “Ada relokasi dari Dinas Pekerjaan Umum, jadi semua penjual di pindah ke dalam,” tandasnya.

Ia pun mengaku, nasib yang menimpanya saat menjadi penjual asongan sering buku yang ia jual rusak terkena hujan, dan saat jualan kepanasan. Kini, dia dan dagangan aman dari hujan dan panas.

Mengenai koleksi buku, di toko milik Efendi punya banyak varian, dari buku pelajaran sekolah, buku kuliah, sastra, hingga anak-anak. “Rugi gak apa-apa, asal koleksi buku dagangan diupdate terus, tergantung modalnya. Kalau gak ada pembaharuan, gak dapat uang,” jelas dia.

Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah

Tak jarang, ia harus menjual buku-buku nya kembali secara kiloan, jika sudah tak relevan untuk dijual. “Kita harus tahu perkembangan tentang buku pelajaran, pernah menyetok 100 biji, yang laku hanya 30,” ujarnya.

Hal ini disebabkan lantaran buku pelajaran dari pemerintah sering gonta ganti, sehingga direvisi.

Meski dikenal masyarakat umum sebagi tempat buku bekas, ia memaparkan jika buku-buku koleksinya gak semua buku bekas. Ia mengaku bahwa ia memboyong buku-buku itu dari Jombang dan Kertosono. Ada dua macam terkait klasifikasi buku bekas. Kalau buku bekas ia dapatkan dengan Rp 5 hingga 10 ribu/Kg, jika buku yang masih ada segelnya ia dapatkan Rp 10 hingga 15/Kg. Dalam satu kilo, biasanya berisi 5 buah buku. Sedangkan jika tidak laku akan dijual kembali. “Yang sudah tidak laku, dilebur lagi, dijual kiloan dan ditimbangkan. Per kilo 3 ribu,” jelasnya.

Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya

Biasanya hanya satu bulan, para penjual buku kembanjiran pelanggan. Sebulan setelah masuk kuliah. Selain itu, rata-rata orang mencari buku dengan janre sastra. “Mulai tahun 2015 hingga sekarang, banyak yang mencari novel-novel,” ungkap dia.

Menjual buku, menurut penjelasan Efendi penghasilan yang didapat tak menentu. “Kadang sehari Rp 100 ribu, gak dapat sama sekali juga pernah,” ucapnya. Meski begitu, ia juga pernah mendapatkan penghasilan hingga Rp 3 – 7 juta dalam sehari. “Jika ada yang mau borong, kebetulan ada dari Pemkot luar yang ingin mengisi perpustakaan daerah,” ungkap laki-laki asli ini.

Sebelum memutuskan jual buku, semua pekerjaan sudah ia lakukan. Proyek, bengkel, dan cleaning service.Latar belakang sekolah yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama ini, berhasrat ingin jualan buku. Is berfikir dengan masa depan anaknya, jika ia hanya lulus SMP, anaknya harus bisa lebih, mungkin dengan melalui buku, akan menumbuhkan minat anaknya untuk mempunyai cita-cita tinggi. “Dengan cara seperti ini, saya ingin mengantarkan anak ke sarjana, itu impian besar saya,” jelas Efendi.

Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak

Ia dibantu oleh satu karyawan yang kebetulan juga masih kerabatnya. Meski sekarang banyak pemasaran secara online, tapi ia lebih memilih cara konvensional dengan konsisten membuka toko miliknya. Alasannya, semakin maju teknologi, belum tentu membuat orang seperti saya lebih mudah, justru lebih ribet. Meski begitu, ia juga punya 10 reseller (agen) orang. “Apalagi orang seperti saya, melalui sekolah kehidupan baru tau perkembangan teknologi,” tuturnya. 

Ia berharap, kedepannya, buku-buku yang ia jual mudah-mudahan lebih berkembang, semakin maju dan bermanfaat, terutama bagi desa-desa yang masih membutuhkan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Angkot Terbakar di Jalan Panjang Jiwo, Sopir Luka Ringan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO