​Kiai Asep Merasa Difitnah dan Diadu Sesama Kiai, Pemfitnahnya Tak Paham Nama Kiai & Pesantren

​Kiai Asep Merasa Difitnah dan Diadu Sesama Kiai, Pemfitnahnya Tak Paham Nama Kiai & Pesantren Inilah stiker yang dianggap memfitnah Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Stiker ini beredar di media sosial. Foto: WA

“Rekayasa kok terlalu vulgar dan kasar. Puasa-puasa mengadu domba kiai. Yang bikin stiker itu pasti bukan dari kelompok NU. Yah, kita tahulah,” tambahnya.

Bahkan, menurut Kiai Muchlis, dalam stiker itu disebut Gus Ipul dan Mbak Puti. "Kalau kami biasanya menyebut Puti aja, gak pakai Mbak. Jadi kalau dalam stiker itu disebut Mbak Puti, kita tahulah siapa yang membuat," jelasnya.

Seperti diberitakan, 400 ulama, kiai, habaib, dan masyayikh NU menghukumi fardlu ‘ain memilih Khofifah dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. Fatwa itu mendapat respon luas dari masyarakat. Fatwa itu didasarkan pada Hadits dalam As-Sunanul Kubro lil-Imam Baihaqi yang artinya: “Barangsiapa memilih pemimpin dari kalangan orang Islam dan dia tahu bahwa ada yang lebih layak berkaitan dengan kepemimpinan dari pada yang adia pilih dan dia lebih pandai tentang Al-Quran dan Al-Hadits, maka sungguh dia berkhianat kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada kaum muslimin.”

Namun fatwa itu dapat reaksi dari KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), salah satu kiai pendukung Gus Ipul-Puti. Gus Fahrur bahkan menghukumi hadits itu dhoif. “Setelah kami teliti, Hadits yang mereka klaim untuk menetapkan hukum fardlu ‘ain memilih KIP (Khofifah Indar Parawansa-red) adalah jenis hadits dhoif, yang sama sekali tidak boleh dipakai sebagai landasan penetapan hukum sesuai kaidah fiqh yang disepakati para ulama,” tulis Gus Fahrur yang disiarkan kepada wartawan dan grup-grup WA.

Gus Fahrur juga mengatakan bahwa penetapan Khofifah lebih baik dari Gus Ipul adalah sepihak, subyektif, dan gegabah. “Karena hanya berdasarkan debat publik yang sama sekali bukan ukuran obyektif,” kata Gus Fahrur yang pengurus PWNU Jatim dan pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Bululawang I Malang.

Pernyataan Gus Fahrur ini lantas mendapat respon dari KH Afifuddin Muhajir, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur yang juga mantan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU. ”Itu mendhaifkan hadits shahih,” kata Kiai Afifuddin Muhajir, Senin (4/6/2018).

Kiai Afifuddin yang popular sebagai pengarang kitab Fathul Mujibil Qorib, syarah kitab at-Taqrib karya Abu Syuja’ al-Isfahaniitu mempersilakan Gus Fahrur membuka referensi kitab-kitab hadits.

“Itu hadits al-Bukhari. Hadits itu bisa dilihat di: Sulaiman bin Ahmad in Ayyub Abu al-Qasim ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, juz 11, cetakan ke-2, halaman 114,” kata Kiai Afifuddin Muhajir yang kitab karangannya mendapat catatan pengantar pakar fiqh internasional Syaikh Wahbah Suhaili.

Kiai Afifuddin juga mempersilakan Gus Fahrur membuka Nuruddin Ali bin Abu Bakar al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid wal-Manba’ al-Fawaid, juz 5 halaman 255.

Seperti diberitakan bangsaonline.com, 400 kiai NU yang dikordinasi Kiai Asep Saifuddin Chalim menghukumi wajib ‘ain memilih Khofifah. Para kiai itu selain mendasarkan pada hadits yang termaktub dalam Kitab As-Sunanul Kubro lil-Imam Baihaqi juga merujuk pada kitab Al-Bujairimi alal Khotib jilid 4 halaman 318 yang artinya: Barangsiapa memilih seorang pemimpin, sedang rakyat yang dipimpin adalah orang-orang muslim, dan dia tahu bahwa ada calon pemimpin lain yang lebih baik dari orang yang ia pilih, maka sungguh ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.”

Fatwa 400 kiai NU yang dilahirkan dalam halaqah di Aula Keluarga Kiai Asep Saifuddin Chalim Pacet Mojokerto itu dihadiri para kiai berpengaruh terutama mursyid thariqah, rais syuriah, dan mustasyar NU, serta para pengasuh pondok pesantren. Di antaranya KH Nuruddin, Mursyid Thoriqoh Naqsabandi Kholidiyah Pondok Pesantren Al-Falah Pondok Waluh Kencong Jember, KH Marzuqi Amanu, Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah, dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien 2 Puger, KH Ahmad Laiq, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Rejo Umbul Sari Jember.

Dari Banyuwangi, selain Rais Syuriah PCNU Kiai Hisyam Syafaat, juga tampak KH Yusuf Nur Iskandar, KH Suyuthi Toha, KH Abd Hamid, KH Muslih Anwar.

Begitu juga dari Problolinggo selain Rais Syuriah PCNU Kiai Jamaluddin juga tampak hadir, Ketua PCNU Probolinggo KH Abdul Hadi, KH Wasik Hannan, KH Idrus Ali dan lainnya. Dari Lumajang tampak KH Ahmad Dahlan, KH Astawi Hanif, KH Abdul Hamid, KH Sholihin, KH Muh Dahlan dan kiai lainnya.

Sedang para bu Nyai yang hadir, di antaranya, Nyai Hajjah Mahfudzoh, putri pendiri NU KH Abdul Wahab Hasbullah, Nyai Alif Fadlihah, istri Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Nyai Mutammimah Hasyim Muzadi, PC Muslimat Malang, Nyai Masruroh Wahid, Ketua PW Muslimat NU Jatim dan para bu nyai lainnya. (tim)

Sumber: Tim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO