PACITAN, BANGSAONLINE.com - Ratna Budiono, Kasi Perlindungan Masyarakat Satpol PP Pacitan menyebut jika Pacitan berpotensi dilanda gempa besar. Ia mengungkapkan bahwa sedikitnya lebih dari 300 gempa bumi yang terekam dengan kekuatan antara 2 SR hingga 4 SR terjadi sejak Januari hingga Juli 2018 ini. Gempa tersebut berlokasi di selatan Pacitan berjarak rata-rata 100 km ke atas, kedalaman 10 km.
Pada tahun 2015 lalu seorang ahli dari UCLA university telah melakukan riset terkait pergerakan sesar di pesisir selatan Pacitan dan merumuskan sebuah teori dasar untuk mitigasi yang disebut 20 20 20. Yaitu jika terjadi gempa selama 20 detik, maka ada waktu 20 menit untuk menyelamatkan diri menuju ketinggian minimal 20 meter.
Baca Juga: Tanah Longsor Kembali Melanda Sejumlah Wilayah di Pacitan
Teori tersebut merupakan edukasi mitigasi sederhana yang bisa dijadikan acuan, terutama bagi masyarakat pesisir pantai jika nanti terjadi gempa.
"Pergerakan sesar bumi terus aktif hingga saat ini. 20 20 20 itu kunci utamanya. Kita jangan lupa, walaupun secara teori pergerakan sesar bumi bisa dipelajari di mana saja, namun secara waktu kapan terjadinya itu yang tidak bisa diprediksi. Hanya tuhan yang tahu, makanya kita tetap harus waspada," kata Ratna Budiono, Minggu (05/08).
Menurutnya, peristiwa banjir besar dan longsor 27 November 2017 lalu bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak agar lebih waspada. Apalagi peristiwa banjir bandang cukup menghancurkan peta rencana evakuasi yang pernah dibuat.
Baca Juga: Abrasi Bantaran Sungai Grindulu di Desa Mentoro Ancam 64 Kepala Keluarga
Sementara Selamet, anggota konsorsium relawan Pacitan mengimbau agar masyarakat tidak perlu takut adanya ancaman gempa besar yang mungkin akan terjadi di Pacitan. Ia mengajak masyarakat agar tahu bagaimana cara memitigasi diri sendiri.
Ia hanya berharap agar BPBD segera melakukan pemetaan kembali jalur dan titik aman evakuasi pasca Pacitan diterjang bencana banjir dan longsor tahun lalu. "Akibat banjir, semua rusak. Tempat evakuasi yang telah dipetakan rusak, ada yang tergenang air sampai dada orang dewasa, akses jalan menuju tempat evakuasi terputus karena longsor. Dari situ kita bisa lihat, jika nanti ada gempa bahkan tsunami, Pacitan akan 'habis'. Karena sampai saat ini belum ada lagi pemetaan jalur dan titik aman evakuasi. Pihak terkait seperti BPBD, upaya mitigasi juga kelihatannya tidak ada. Ya berdoa saja lah semoga Pacitan aman," timpalnya.
Terkait hal ini, Kepala Satpol PP Pacitan Widy Sumardji menyatakan pihaknya terus melakukan usaha pendampingan, edukasi, dan pembentukan tim-tim relawan kebencanaan.
Baca Juga: Belasan Titik Jalur Arjosari-Purwantoro Mengalami Longsor
"Karena jika bencana terjadi, orang pertama yang akan menolong adalah mereka sendiri. Sebab, jika mengandalkan pemerintahan pasti tidak akan mencukupi karena memang terbatas. Salah satu bentuknya adalah dengan menyiapkan tim layanan tingkat desa melalui linmas. Hal itu sesuai Permendagri No 84 tahun 2014 tentang penyelenggaraan satlinmas, salah satunya terkait upaya membantu penyelenggaraan penanggulangan bencana tingkat desa. Setidaknya itu bisa membantu memitigasi diri sendiri," ujarnya di tempat terpisah.
Perlu diketahui, gempa bumi adalah bencana siklus. Artinya akan terus terulang dengan besaran yang sama atau bahkan lebih besar. Namun bukan berarti itu menjadi musibah. Pengetahuan yang baik adalah upaya memitigasi diri agar tidak timbul korban lebih banyak. (yun/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News