Terlambat Ditangani, Satu Lagi Penderita DB di Blitar Meninggal Dunia

Terlambat Ditangani, Satu Lagi Penderita DB di Blitar Meninggal Dunia Krisna Yekti, Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menghantui Kabupaten Blitar. Setelah jumlah penderita turun drastis di tahun 2017 lalu, tahun 2018 ini penyakit yang disebabkan karena virus yang disebarkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini merenggut tujuh nyawa.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan Dinkes menyatakan satu lagi penderita DBD dinyatakan meninggal dunia. Setelah sebelumnya tercatat enam penderita DBD meninggal dunia terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018.

Baca Juga: DBD dan Chikungunya Hantui Masyarakat di Kota Blitar saat Musim Hujan

Dengan tambahan satu kasus ini, hingga November 2018 tercatat tujuh penderita DBD dinyatakan meninggal dunia. Sama dengan kasus sebelumnya, penderita DB yang meninggal juga berusia di bawah 10 tahun. Pasien tercatat sebagai warga Kecamatan Gandusari.

"Jadi sebelumnya ada enam penderita dinyatakan meninggal dunia. Terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018. Kemudian, bulan ini kami menemukan satu lagi kasus meninggal dunia," ungkap Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, Senin (5/11/2018).

Menurut dia, meninggalnya pasien DBD ini, akibat kurangnya pengetahuan warga terkait penanganan pasien DBD. Dari hasil evaluasi diketahui, kebanyakan penderita terlambat mendapatkan penanganan medis. Mereka baru dibawa ke fasilitas kesehatan setelah sudah terlanjur parah.

Baca Juga: Selama 2021, Kasus DBD di Blitar Turun 50 Persen

"Kebanyakan ketika dibawa ke fasilitas kesehatan kondisinya sudah parah. Sehingga tidak bisa diselamatkan. Untuk itu kami mengimbau agar para orang tua peka dengan kondisi kesehatan anak-anaknya," imbuhnya.

Krisna mengakui, tahun 2018 ini jumlah kasus DBD di Kabupaten Blitar meningkat hingga tiga kali lipat. Jika pada 2017 lalu hanya ada 84 kasus sepanjang tahun, 2018 ini pihaknya mencatat sudah ada 250 kasus DBD.

Untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) kasus demam berdarah, Dinkes Kabupaten Blitar menggalakkan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik). Hal ini terbukti efektif menekan angka penyebaran demam berdarah.

Baca Juga: Tren DBD di Blitar Menurun Selama Semester Pertama Tahun 2021

Program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah dinilai dapat menekan angka penyebaran nyamuk aedes aegypti, sehingga jumlah penderita DB dapat terus ditekan.

"Pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan tiap rumah merupakan cara paling efektif dan efisien. Karena penanganan seperti fogging hanya membunuh nyamuk dewasa bukan jentik nyamuk. Jentik nyamuk hanya bisa diberantas dengan PSN," pungkasnya. (ina/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO