JOMBANG, BANGSAONLINE.com - KH. Miftah Maulana Habiburrahman yang popular dengan panggilan Gus Miftah sangat ngefans terhadap Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Saya hari ini berada di makam pejuang kemanusian bapak pluralisme Indonesia KH. Abdurrahman Wahid. Jadi kenapa saya ngefans dengan beliau karena saya belajar memanusiakan manusia apapun agama dan suku bangsanya. Di belakang kita makamnya bersama KH. M Hasyim Asy’ari dan ayahnya KH. A Wahid Hasyim,” kata Gus Miftah usai ziarah ke makam Gus Dur, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari dan KHA Wahhid Hasyim, di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (30/8).
Baca Juga: Takut PKB Bubar, Khofifah Bakar Surat Pengunduran Diri Gus Dur
Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari adalah kakek Gus Dur yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan RI dan pendiri NU serta Pesantren Tebuireng. Sedang KHA Wahid Hasyim adalah ayah Gus Dur yang dikenal sebagai anggota BPUPKI (Badan Persiapakan Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) dan menteri agama pertama selama tiga periode. Baik Hadratussyaikh maupun Kiai Wahid Hasyim merupakan The Fouding Fathers Republik Indonesia yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah.
Gus Miftah mengaku sangat ngefans Gus Dur sejak lama. Menurut dia, Gus Dur adalah gurunya dalam bergaul dengan manusia selama sehari-hari. Ia juga mengaku banyak membaca dan mendengarkan cerita tentang Gus Dur. Ia juga mengaku belajar dari Gus Dur, untuk tidak membenci sesama manusia meskipun berbeda dalam agama, suku bangsa, dan pilihan politik. Perbedaan, menurut dia, adalah suatu keniscayaan yang tak bisa dielakkan. Sebab di situlah bukti Allah Maha Kuasa.
Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta ini juga menjelaskan bahwa dirinya tak pernah membenci harakah dan cadar. “Salah bila ada yang mengatakan Gus Miftah benci harakah (pergerakan agama) lain. Salah juga yang mengatakan Gus Miftah anti cadar. Kita tidak diajarkan Mbah Hasyim dan Gus Dur begitu,” tambah da’i yang fokus berdakwah bagi kaum marjinal ini.
Baca Juga: Mengapa Gus Dur Produktif dan Suka Humor
Gus muda kelahiran Lampung ini juga memuji kebijakan Pesantren Tebuireng yang tidak mengambil dana infaq di makam Gus Dur untuk pembangunan pondok. “Saat ini saya berada di kotak infaq jalur ke makam Gus Dur. Dulu saya katakan sebulan Rp. 150 juta ternyata sekarang mencapai Rp. 300 juta. Dan hebatnya hasilnya tidak digunakan untuk membangun Pesantren Tebuireng. Tetapi untuk fakir miskin, duafa, dan fuqara,” ungkap Gus Miftah.
Infaq makam Gus Dur itu dikelola Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) sehingga tidak bercampur dengan keuangan Pesantren Tebuireng.
Dai muda yang baru saja mengislamkan pesulap profesional keturunan Tionghoa, Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo (Deddy Corbuzier) itu juga mendoakan semua santri Tebuireng dan jamaah yang hadir semoga lebih baik. Terutama Pesantren Tebuireng tambah berkah. “Semoga bisa semakin berkembang dan bermanfaat,” harapnya.
Baca Juga: Gus Dur Ucapkan Selamat Natal, Rocky Gerung Jawab: Saya Gak Serius Beragama
Di Tebuireng, Gus Miftah sempat ditemui para pengurus Pesantren Tebuireng dan beberapa santri senior. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News