Dibalik Tingginya Semangat Beragama

Dibalik Tingginya Semangat Beragama Khariri Makmun

Oleh: Khariri Makmun*

Fenomena semangat keberagamaan di tanah air semakin meningkat, hal itu ditandai dengan maraknya gelombang hijrah baik di kalangan artis, publik figur, maupun orang awam. Masifnya dakwah di media sosial disambut baik oleh netizen dan generasi millenial.

Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

Mereka yang haus dakwah dapat dengan mudah memilih sendiri konten-konten dakwah yang mereka inginkan.

Namun, sayangnya semangat keagamaan yang tinggi dimanfaatkan oleh para dai media sosial untuk menyusupkan konten-konten dakwah bermuatan politik identitas.

Mereka tidak murni berdakwah, tapi memiliki misi politik kekuasaan dan memanipulasi keluguan para follower.

Baca Juga: Pengkhianat, Waktumu Sudah Habis

Karena itu di balik ghirah kean yang yang tinggi, ada beberapa gejala penyakit yang perlu diwaspadai :

1. Semangat beragama yang tinggi tidak diikuti dengan semangat meningkatkan keilmuan, memperluas wawasan dan membuka forum-forum kajian ilmiah yang terbuka dan inklusif.

2. Semangat Islam yang tinggi justru diperkuat dengan doktrin-doktrin sempit yang hanya mengukur kebenaran dari sudut pandang argumentasi/dalil tekstual dan menutup ruang perbedaan.

Baca Juga: Idul Adha, Momen Tepat untuk Ajarkan Nilai yang Terkandung Dalam Berkurban kepada Anak

3. Semangat Islam yang tinggi tidak diimbangi dengan referensi bacaan bermutu yang dapat memperluas wawasan kean, tapi justru dilakukan pembatasan bacaan yang berakibat pada pendangkalan Islam dan mempersempit khazanah pemikiran.

4. Semangat Islam yang tinggi diikuti dengan pemahaman yang anti nasionalisme dan kebangsaan. Antara agama dan negara seolah-olah saling menegasikan dan diplot dalam alur yang saling berlawanan.

5. Semangat beragama yang tinggi dibungkus dengan mengobarkan rasa benci terhadap penguasa dan pemerintah. Maka muncullah kelompok-kelompok baru yang mendoktrin para pengikutnya untuk mengutuk semua keputusan dan kebijakan pemerintah serta menjadikan pemimpin negara sebagai musuh. Bahkan untuk mengukur tingkat loyalitas mereka terhadap Islam cukup diukur dengan seberapa keras dan bencinya mereka terhadap pemerintah. Dari doktrin ini maka munculah aksi-aksi teroris untuk menghabisi pejabat pemerintah yang dicap sebagai thogut (penguasa dzalim dan menindas).

Baca Juga: Idul Adha: Rayakan Kemenangan Jiwa dalam Melawan Hawa Nafsu

6. Semangat beragama yang tinggi diikuti dengan membuka kanal politik identitas yang diarahkan untuk melemahkan ideologi negara, falsafah kebangsaan dan sistem pemerintahan.

7. Semangat beragama yang tinggi seharusnya dapat berkontribusi bagi kamajuan bangsa, memperkuat persatuan dan kesatuan bukan sebaliknya.

8. Semangat beragama yang tinggi harus diikuti dengan ilmu dan kearifan.

Baca Juga: Etnis Uighur dan Hui, Meski Sama-sama Muslim Namun dapat Perlakuan Berbeda di China

9. Jika semangat beragama didasarkan pada emosi dan kebencian maka semangat ini adalah sebuah kepalsuan. Yang hanya akan menjadikan agama sebagai pemicu kerusuhan, teror, huru-hara dan menghancurkan fondasi negara, bangsa dan kehidupan.

*Khariri Makmun, Direktur Rahmatan Lil Alamin Center (RAHMI CENTER).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Agama Sama? Ini Kata Gus Dur':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO