Akhirnya tanah dan gedung MBODT itu ditemukan di Jalan Satria RT 17 RW 03 Kedungrejo Waru Sidoarjo Jawa Timur. Kiai Asep langsung laporan kepada Gus Dur, kalau MBODT sudah ditemukan.
Bagaimana respons Gus Dur? “Yo tukuen…! (Ya dibeli…!),” kata Kiai Asep menirukan perintah Gus Dur sembari tersenyum. Padahal saat itu kondisi ekonomi Kiai Asep belum seperti sekarang.
“Kondisi keuangan saya saat itu masih pas-pasan,” kata Kiai Asep sembari tersenyum. Namun Kiai Asep tak mengeluh. Ia justru berusaha cari uang agar aset bersejarah itu bisa diselamatkan.
“Saya carikan uang. Ya tak lepas dari pengorbanan uang pribadi,” kata kiai yang kini memiliki santri 10.000 orang lebih itu.
Putra salah satu kiai pendiri NU KH Abdul Chalim itu kemudian bisa mengumpulkan uang sesuai permintaan orang yang memiliki MBODT itu. Berapa? “Saat itu saya beli kurang lebih Rp 110 juta lebih. Kalau sekarang sekitar Rp 1 Miliar,” tutur Kiai Asep.
Saat itu juga Kiai Asep langsung membalik nama tanah dan gedung perjuangan para ulama NU itu. “Saya atas namakan saya karena kalau atas nama NU saat itu kesulitan,” katanya.
Lalu apa rencana Kiai Asep setelah membeli MBODT? Kenapa kemudian terbengkalai? Ikuti lanjutan tulisan ini di BANGSAONLINE.com (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News