SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kontestasi Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya tahun 2020 semakin ramai dengan kemunculan tokoh milenial, Gamal Albinsaid. Meski kemunculannya tergolong belakangan ketimbang kandidat lain, namun pria yang akrab disapa Dokter Gamal ini cukup diperhitungkan.
Terlebih, Dokter muda ini mengakui sudah berkomunikasi dengan lima partai politik yang memiliki kursi di parlemen Surabaya, termasuk dengan ketua umum partainya. Gamal pun menyadari rekomendasi untuk maju pilwali dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang menjadi domain ketua umum.
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
"Saya sudah komunikasi dengan 5 partai di Surabaya. Demikian pula dengan para ketua umum partai, saya sudah komunikasi," terang Gamal usai launching Impact Surabaya di Paco Coworking Space di kawasan Taman Bungkul Surabaya, Ahad (8/12).
Dokter Gamal mengungkapkan, meski ia adalah juru bicara pasangan 02 Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019, namun komunikasi politik yang ia jalin tidak hanya dengan partai politik anggota koalisi 02 saat Pilpres.
Menurutnya, antara Pilpres dengan Pilwali Surabaya adalah dua hal yang berbeda. Karena itu, ia pun menjalin komunikasi politik dengan partai politik yang saat Pilpres ada di koalisi 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
"Pilpres sudah selesai, Pak Prabowo pun saat ini membantu Pak Jokowi di kabinet. Saat ini saatnya kita bergandengan tangan membangun negeri ini," ujar tokoh muda sarat prestasi ini.
Dokter lulusan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang itu menjelaskan, ia tak hanya milenial dari penampilan. Tapi sejatinya, ia bagian dari generasi milenial, mengingat usianya saat ini baru 30 tahun. Karena itu, dirinya bisa menangkap problematik yang melanda generasi milenial, di antaranya kesulitan lapangan pekerjaaan yang berdampak tingginya pengangguran.
CEO Indonesia Medika dan penggagas Bank Sampah ini membeberkan masalah sulitnya lapangan pekerjaan di Surabaya tak hanya ia ketahui dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pada 2018 angka pengangguran di kota Pahlawan ini 6,12 persen. Namun, data empiris ia jumpai saat melakukan blusukan di Surabaya.
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
"Dalam perjalanan saya mengunjungi banyak titik di Surabaya, saya bertemu Mas Fandi di kawasan Manyar. Sejak lulus SMK, pemuda berusia 23 tahun itu sudah 3 tahun menganggur. Masih banyak Fandi-Fandi lain di Kota Surabaya yang harus didukung untuk menjadi mandiri dan mampu menjadi enterpreneur," pungkas Gamal. (mdr/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News