Oleh: M Mas’ud Adnan
Tebar pesona! Itulah yang kini gencar dilakukan para calon wali kota Surabaya. Senyum mereka bertebaran di mana-mana. Di media sosial. Di baliho. Di media massa. Bahkan di selempitan koran.
Baca Juga: Didesak Patuhi Regulasi, KPU Surabaya Tegaskan Pilkada 2024 Berjalan Sesuai Aturan Perundangan
Bukan hanya senyum. Juga janji-janji. Seperti layaknya politikus. Jargon mereka beraneka.
Namun, apa warga Surabaya terpesona? Sama sekali tidak! Kecuali pendukung masing-masing cawali. Warga kota Surabaya sudah kenyang janji. Dari wali kota ke wali kota. Taka ada yang terbukti. Tak ada yang menepati janji.
Ingin contoh konkret? Surat ijo. Warga kota masih ingat betul. Saat debat kampanye Wali Kota Surabaya. Tri Rismaharini bekata lantang: sudah punya solusi!
Baca Juga: Galakkan Pengawasan Partisipatif Pilkada 2024, Panwascam Karangpilang Launching Cangkruk Pengawasan
"Saya sudah temukan solusinya, tahun depan akan kami selesaikan masalah surat Ijo," janji Risma saat debat publik di arena DBL Surabaya, Jumat (27/11/2015) malam.
Risma juga berjanji akan menggratiskan pengurusan Surat Ijo bagi warga Surabaya. "Surat Ijo akan kami tuntaskan, tanpa dipungut biaya, atau gratis," tambahnya.
Tapi sepuluh tahun menjabat wali kota. Ia tak memenuhi janji. Hingga sekarang.
Baca Juga: Eri-Armuji Patut Waspada! Peluang Dipecundangi Kotak Kosong Kian Menguat, ARCI Beberkan Alasannya
Begitu juga soal air bersih. Air minum. Masih banyak warga kota Surabaya belum menikmati air bersih PDAM. Hingga sekarang. Air PDAM mampet. Hanya keluar pada tengah malam. Itu pun tak lancar. Belum lagi airnya keruh. Kotor. Banyak warga kota terpaksa menarik pakai pompa. Agar air dari PDAM bisa tersedot keluar. Otomatis biaya. Biaya beli pompa. Biaya listrik. Tiap hari.
Bahkan pada waktu tertentu air PDAM mirip teh dan kopi. Saking kotornya. Ironisnya, problem air bersih ini terjadi pada banyak wilayah. Bukan satu-dua wilayah. Termasuk di wilayah saya. Surabaya Timur. Yang letaknya dekat kantor PDAM. Yang megah itu.
Lebih parah lagi, warga Surabaya Utara. Mereka harus beli air di depo-depo. Tiap hari! Otomatis menambah beban ekonomi. Terutama mereka yang kelas ekonomi – maaf – bawah. Bahkan kawasan ini tidak hanya problem air bersih. Tapi juga seolah tak tersentuh pembangunan. Pembangunan oleh negara.
Baca Juga: PDIP Ajak Warga Surabaya Lawan Kotak Kosong di Pilwali 2024
Loh, bukankah Surabaya kota metropolitan? Bukankah wali kota Surabaya berkali-kali mendapat penghargaan? Baik nasional maupun internasional? Bukankah Bu Risma – panggilan Tri Rismaharini – dipuji sebagai wali kota terbaik? Paling tidak, oleh pendukungnya?
Itulah yang jadi ironi. Ternyata penghargaan untuk kepala daerah tak paralel dengan prestasi konkret yang dirasakan warga. Penghargaan itu cenderung seremonial politis dan berpotensi mengelabui warga. Karena itu penghargaan seremonial politis itu perlu ditinjau ulang.
Apakah Bu Risma tak berprestasi? Hanya orang yang tak bisa berpikir obyektif yang menganggap Bu Risma tak berprestasi. Banyak sekali prestasi Bu Risma. Penghijauan, salah satu prestasi Bu Risma. Dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Jelang Pilwali, KPU Surabaya Buka Pendaftaran untuk 20 Ribu Lebih Petugas KPPS
Namun juga tidak benar jika Bu Risma dianggap manusia super dan walikota terbaik. Faktanya masih banyak sekali problem kebutuhan dasar warga Surabaya yang tak bisa diselesaikan selama kepemimpinan Bu Risma. Padahal Bu Risma menjabat walikota Surabaya selama dua periode, 10 tahun.
Diantaranya problem air bersih PDAM yang hingga sekarang masih amburadul. Belum teratasi. Ini tentu menjadi PR serius bagi para calon walikota Surabaya. Apalagi, dari wali kota ke wali kota, termasuk Bu Risma, belum bisa menyelesaikan air PDAM. Padahal air bersih merupakan kebutuhan dasar warga di manapun, termasuk warga Surabaya. Bukankah salah satu ukuran sukses seorang kepala daerah - dalam hal ini wali kota - diukur dari prestasinya dalam melayani warga untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari?
Begitu jua surat ijo. Masalah ini makin krusial. Warga tak pernah mendapat kepastian, tentang tanah yang ditempati, terutama secara hukum. Akibatnya, mereka demo dan demo. Terhadap wali kota yang baru.
Baca Juga: Dinilai Cederai Demokrasi, Ratusan Massa Deklarasi Coblos Kotak Kosong di Pilwali Surabaya 2024
Belum lagi masalah kemiskinan. Pengangguran. Narkoba. Minuman keras. Yang kini menjamur. Di gang-gang. Di Surabaya.
Karena itu, kini dicari atau ditunggu, walikota yang bisa menyelesaikan air PDAM, surat ijo, dan problem sosial yang lain itu. Wallahu’lam bisshawab.
Penulis, warga Surabaya, praktisi media, alumnus Pascasarjana Unair
Baca Juga: Kurang Elok Kalau Ada Bumbung Kosong di Pilkada Surabaya 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News