Lamongan Tingkatkan Daya Saing SDM Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

LAMONGAN (BangsaOnline) - Menghadapi pasar bebas Asia Tenggara melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan daya saing SDM melalui pendidikan. Hal tersebut disampaikan Sekkab Lamongan Yuhronur Efendi saat membuka Seminar Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan di Ruang Sabha Dyaksa, Senin (22/12/2014).

Dikatakan Yuhronur Efendi, salah satu negara di ASEAN yang maju, yakni Singapura, bisa melesat bukan karena keunggulan sumber daya alam (SDA). Namun karena memiliki SDM yang berdaya saing tinggi. Sementara Indonesia, begitu juga Lamongan yang memiliki SDA tinggi, masih tertinggal dari Singapura.

Baca Juga: Hadapi MEA, Puluhan Tukang Becak di Kediri Belajar Bahasa Inggris

"Pendidikan ini menjadi kunci penting untuk meningkatkan daya saing kita jelang pelaksanaan MEA tahun depan," ujarnya. Disebutkan olehnya, saat MEA nanti diberlakukan, bakal memungkinkan semakin mudahnya setiap negara di ASEAN menjual barang dan jasanya di ASEAN. Bukan hanya barang dan jasa, Indonesia juga akan dibanjiri tenaga kerja professional asing jika kita tidak siap.

Menurut Yuhronur Efendi, peningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lamongan sudah berada di jalur yang benar. Yakni terus naik dari hanya 68,33 di tahun 2008 menjadi 71,81 di tahuhn 2013.

"IPM Lamongan sudah diatas Bojonegoro dan Tuban. Dengan faktor pengungkit utama pengungkit IPM Lamongan di tahun 2013 adalah indeks pendidikan yang mencapai 76,70. Namun masih ada beberapa komponen pendidikan yang masih perlu perhatian bersama," pesan dia.

Baca Juga: Seminar "Outlook Ekonomi 2016", Beber Persiapan Daerah untuk Hadapi MEA

Yuhronur berharap ada perluasan akses pendidikan bagi semua sehingga angka rata-rata lama sekolah yang masih 7,69 tahun bisa naik lagi. Juga terkait angka melek aksara yang berada di angka 88,80 persen.

Sementara itu, Kepala Badan pusat Statistik Lamongan Lutfin Fana, angka rata-rata lama sekolah tertinggi adalah Kota Malang yang mencapai 10,98 tahun. Dan angka melek aksara tertinggi Kota Surabaya di angka 98,62 persen.

"Sampai saat ini tidak ada satupun negara di dunia yang berani mengklaim bebas buta aksara. Di Lamongan, buta aksara sebagian besar berumur 45 tahun ketas, penyandang cacat, akses terbatas pada media tulis dan keterbatasan akses informasi," jelasnya.‎

Baca Juga: Pasar Tradisional Sumenep belum Siap Bersaing di MEA

Koordinator Akademi Komunitas Negeri lamongan (AKNELA), Wajib, S.Pd, S.ST, M.Kom, menyatakan siap menyambut MEA, namun juga harus dibarengi dengan SDM yang kompeten. Dan jalur peningkatan itu bisa dilakukan melalui pendidikan vokasi.

Karena menurut dia, pendidikan vokasi atau kejuruan mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Seperti halnya akademi komunitas yang bertujuan meningkatkan kompetensi SDM untuk memnuhi kebutuhan tenaga kerja terampil di dunia usaha. Disebutkan oleh Wajib, dari data tahun 2014, jumlah lembaga pendidikan SMK di Lamongan ada 67 lembaga (32 persen). Sedangkan jumlah lembaga SMA dan MA ada 145 lembaga (68 persen).
Sementara untuk jumlah siswa, SMK memiliki 18.889 siswa (39 persen) dan SMA/MA memiliki 30.031 siswa (61 persen). Di Lamongan, Kecamatan Laren, Karangbinangun, Deket dan Kembangbahu belum memiliki lembaga pendidikan SMK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO