Tafsir Al-Isra 81: Sekolah di MI = Beli Satu Dapat Dua

Tafsir Al-Isra 81: Sekolah di MI = Beli Satu Dapat Dua Ilustrasi suasana pendidikan di madrasah diniyah.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

81. Waqul jaa-a alhaqqu wazahaqa albaathilu inna albaathila kaana zahuuqan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional

Hari ini, pemerintah masih diam dan tidak merasa melihat apa-apa. Ini sengaja menutup mata atau pura-pura buta? Lihatlah di kampung-kampung, khususnya di Jawa. Beberapa SDN sepi, sepi sekali. Siswa baru dan murid di kelas yang ada amatlah sedikit. Hampir rata, jumlah murid cuma empat, enam, dan itu pun hasil pembelian, diiming-iming seragam, tas, sepatu gratis. Sementara Madrasah Ibtidaiyah (MI) gemuk-gemuk.

Salah satu sebabnya adalah kesadaran masyarakat terhadap agama yang makin kuat. Penulis mendengar sendiri, mengapa umat Islam lebih memilih menyekolahkan anaknya ke MI atau di SD swasta plus yang banyak materi agama dan pengajaran al-qur'annya, bukan di SD negeri?

Salah satu jawabannya adalah: "Kalau sekolah di MI, maka ibarat Beli Satu dapat Dua. Buy One Get One Free. Tapi kalau sekolah di SD, beli satu cuma dapat satu".

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Anak MI bisa menjawab Ujian Nasional dengan bagus, sehingga tamatannya bisa lebih leluasa memilih melanjutkan ke sekolah mana. Mau ke SMP, bisa, apalagi ke Tsanawiyah. Sementara tamatan SD hanya bisa ke SMP dan berat sekali melanjutkan ke Tsanawiyah, apalagi Tsanawiyah pondok pesantren. Andai di tengah jalan orang tuanya meninggal, maka anak MI-lah yang lebih punya modal, punya kesadaran religius untuk kirim doa magfirah bagi orang tuanya di alam sono.

Kebanyakan Madrasah Ibtidaiyah memikul beban biaya yang banyak, kurang tenaga pengajar dan sebagainya, sementara guru-guru di SD banyak "nganggur" dan bergajian banyak.

Baiknya, Dinas terkait bersikap cerdas dan mengambil kebijakan luwes, seperti merger atau guru-guru itu diperbantukan atau lainnya. Jangan terus membiarkan keadaan berlarut begini. Lagi-lagi, pemerintah terlambat menyikapi keadaan.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO