KEDIRI, BANGSAONLINE.com - “Ra maido sopo wong sing ora kangen, Adoh bojo pingin turu angel merem, Ra maido sopo wong sing ora trenyuh, Ra kepethuk sawetoro pingin weruh, Percoyo aku, kuatno atimu, Cah ayu entenono tekaku"
Itulah sepenggal lagu Didi Kempot yang pernah dinyanyikan bersama Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar saat manggung di Stadion Brawijaya Kota Kediri.
Baca Juga: Tingkat Inflasi Kota Kediri Duduki Urutan Terendah Kedua se-Jatim di Akhir Tahun 2024
Saat itu, Didi Kempot memakai setelan warna hitam dengan atasan jaket, tangan kirinya masuk ke dalam saku, sementara ia memegang mik di tangan kanannya. Didi membuka lagu Layang Kangen, menuntun Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar untuk menyanyi bersama.
Pelan-pelan ia melepas Abdullah Abu Bakar untuk menyanyikan intro itu seorang diri, meski sedikit agak kaku, namun toh setelah itu mereka lepas bernyanyi bersama.
Momen manis tersebut terjadi pada 2016 lalu, jauh sebelum Didi Kempot ditasbihkan sebagai The Godfather of Broken Heart. Pada November 2019, Mas Abu, sapaan Wali Kota Kediri kembali mengundangnya pentas di Stadion Brawijaya, setelah sang maestro benar-benar menjadi raja bagi sadboys dan sadgirls di seluruh nusantara.
Baca Juga: Kisah Kembalinya Sang Maestro Campursari Ngawi dari Balik Jeruji Besi
Sebanyak 15.000 sobat ambyar yang menyaksikan konser tersebut tenggelam dalam lirik-lirik melankolis sang maestro campursari tersebut. Muda-mudi dan lintas generasi merapatkan diri.
Ambyar, semua perasaan seolah terbuka begitu Didi menyanyikan lagu-lagunya. Ada yang menangis terisak-isak teringat pada mantan, ada yang begitu kangen dengan kampung halaman. Tak ada sekat-sekat genre musik, di tangan Didi, campursari bisa melibas batas gengsi.
"Ya, awalnya saya canggung nyanyi-nya, cuma Mas Didi menuntun pelan-pelan. Saya kan biasanya dulu main band dengan genre rock. Dengan Mas Didi Kempot saya harus nyanyi campursari yang cengkok-nya beda dengan rock," kenang Mas Abu, Rabu (6/5).
Baca Juga: Audisi Koplo Superstar ANTV di Surabaya, Raffi Ahmad: Ada 3 Kriteria Penilaian
Meskipun cuma satu lagu, lanjut Mas Abu, itu kenangan yang sangat berharga, anak-anak muda jadi bangga menyanyikan lagu berbahasa Jawa. "Juga musik campursari berkat Mas Didi bisa dikenal mulai anak-anak dan remaja, dulu kan identik dengan musik orang tua," ujarnya.
Namun, kenangan nyanyi satu panggung Mas Abu dengan Didi Kempot tidak akan mungkin bisa diulang kembali. Pada Selasa, 5 Mei 2020 sang begawan campursari fenomenal ini harus mangkat ke haribaan Illahi dengan cepat karena serangan jantung.
Tak hanya Wali Kota Kediri saja yang merasa kehilangan, semua Sobat Ambyar di seluruh penjuru tanah air dan dunia berduka ditinggal sang idola.
Baca Juga: Konser Tribute Didi Kempot di Kediri Berlangsung Meriah, Diwarnai Kejutan
"Kabar ini tentu mengagetkan dan rasanya sukar untuk dipercaya. Padahal saya masih pengen mengundang Mas Didi Kempot kembali manggung di Kota Kediri. Bisa bernyanyi duet dengan beliau adalah kehormatan yang luar biasa. Saya sungguh bangga pernah punya kesempatan tersebut," cerita Mas Abu kembali mengingat kenangannya bersama sang idola.
"Saya bersaksi beliau orang baik, mari kita doakan bersama semoga semua salah dan dosa-nya diampuni dan segala amal baik beliau bisa mendapatkan ganjaran surga. Aamiin," tutupnya.
“Ning stasiun balapan, Kuto Solo seng dadi kenangan Kuwe ninggal aku, Ra kroso netes eluh ning pipiku". Sepenggal lirik lagu hits Stasiun Balapan bisa mewakili perasaan Sobat Ambyar. Karena Didi Kempot benar-benar pergi selamanya, di RS Kasih Ibu, Surakarta, tak jauh dari Stasiun Balapan. (uji/ian)
Baca Juga: Cetak Generasi Qurani, Pemkot Kediri Gelar 'Qurma' untuk Anak-Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News