KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Fenomena bumbung kosong, meski dibolehkan oleh UU, namun bukan suguhan yang baik bagi generasi penerus ke depan. Dari sejumlah daerah di Jawa Timur yang menggelar Pilkada Serentak 2020, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar dipastikan hanya ada satu pasangan calon yang maju. Sehingga paslon tersebut akan melawan bumbung kosong.
Menyikapi fenomena ini, Pengamat Politik Kediri, Dr. Sapta Andaruisworo, saat berbincang dengan BANGSAONLINE.com, Minggu (16/8), mengajak masyarakat di Kabupaten Kediri, cerdas menentukan pemimpin Kabupaten Kediri dalam kontestasi Pilbup Kediri, 9 Desember 2020.
Baca Juga: Hasil Rekapitulasi DPB KPU Kediri, Jumlah Pemilih di Bulan September Turun 931 Orang
"Pesta demokrasi di Kabupaten Kediri kurang beberapa bulan lagi. Idealnya masyarakat sebagai pemilih disuguhi calon pemimpin lebih dari satu pasangan, sehingga bisa mempersiapkan diri akan memberikan suaranya kepada calon bupati dan calon wakil bupati yang mana. Tapi kalau calonnya hanya satu pasang, tentu kurang greget dan masyarakat tidak ada pilihan," terang Sapta.
Menurut Sapta, untuk saat ini memang tidak ada pasangan calon yang bakal berhadapan di Pilbup nanti, mengingat hampir 95 persen partai politik di Kabupaten Kediri sudah menentukan pilihannya.
"Kita tahu, ada 6 parpol yang mempunyai 44 kursi di DPRD Kabupaten Kediri dari 50 kursi sudah menentukan pasangan calon bupati dan wakil bupati kediri yang akan diusung dalam Pilbup 2020. Sisa 6 kursi tentu tidak akan cukup untuk mengusung calon sendiri, karena batas minimal untuk bisa mengusung pasangan calon adalah 10 kursi," ujar mantan Ketua KPU Kabupaten Kediri ini.
Baca Juga: KPU Kabupaten Kediri Laksanakan Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan 2021
Meski tidak ada pilihan lain, lanjut Sapta, ia berharap masyarakat tidak salah pilih pemimpin, ataupun tidak memilih alias golput. "Karena apa yang dipilih sekarang, akan menentukan arah pembangunan Kabupaten Kediri 5 tahun mendatang," tuturnya.
"Ketika masyarakat di Kabupaten Kediri, terutama yang akan menjadi pemilih pemula telah diberikan suasana perpolitikan dengan munculnya calon tunggal, maka fenomena ini bisa mencederai Pendidikan Politik bagi rakyat," tambahnya.
"Dengan adanya kontestasi Pilbup ini, sebenarnya merupakan peluang terbaik untuk memberikan edukasi politik kepada masyarakat. Namun, kondisi yang ada saat ini tidak, bahkan sempat muncul polemik di tengah publik, tatkala hanya ada calon tunggal," paparnya.
Baca Juga: KPU Kabupaten Kediri Raih Juara 3 Kategori Penggunaan Sirekap
Dari kajian yang dilakukan, Sapta khawatir akan dampak dari kemunculan calon tunggal. Misalnya, akan berkurangnya tingkat partisipasi pemilih, di mana di Pilbup Kediri ditargetkan mencapai sekitar 78 persen.
Selain itu, pihaknya mengaku resah dengan tingginya sikap apatis masyarakat, sehingga berakibat pada besarnya angka golput saat Pilbup Kediri mendatang.
Ke depan, ia berharap, sebelum batas akhir pendaftaran calon bupati di KPU Kabupaten Kediri, akan muncul beberapa pasangan calon (paslon), sehingga akan ada persaingan program pembangunan yang sehat di wilayah ini, demi kesejahteraan warga Kabupaten Kediri.
Baca Juga: Gelar Media Gathering, KPU Kabupaten Kediri Minta Masukan untuk Kebaikan ke Depan
"Tapi, jika paslon lain tidak juga muncul dan mendaftar, maka calon tunggal ini bakal dengan mudah menguasai program pembangunan di daerah ini," pungkasnya. (uji/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News