SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Unsur nasionalis dan religius menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kota Surabaya. Peristiwa heroik Pertempuran 10 November 1945 menjadi bukti bersatunya kaum nasionalis dan nahdliyin (religius) bisa membungkam kekuatan raksasa, yakni Inggris, Belanda, dan Gurkha yang tergabung dalam pasukan sekutu.
Tokoh muda NU, Sukma Sahadewa menilai antara nasionalis dengan religius seperti mata uang. Keduanya bertolak belakang tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh. Karena itu sudah semestinya kedua unsur itu menjadi satu kesatuan dalam proses pembangunan maupun proses demokrasi di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur tersebut.
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
"Sebagai nahdliyin, saya berharap ada duet nasionalis-religius atau sebaliknya di Pilwali Surabaya. Karena itu kader NU harus diberi kesempatan," tutur pria yang akrab disapa Dokter Sukma itu, Kamis (27/8/2020).
Ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Surabaya ini menilai, dari kemungkinan dua pasangan calon yang akan berkompetisi di Pilwali Surabaya 2020, belum ada yang representasi dari NU. Ia mencontohkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.
Menurut Sukma, untuk melawan pasangan tersebut harus ada kekuatan religius dari NU dan nasionalis sebagai perpaduan basis massa yang kuat di Kota Surabaya.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
"Harapan kita sekarang ada di PDI Perjuangan. Semoga pasangan calon yang direkomendasi untuk Surabaya mengakomodir kader NU," kata Sukma.
Doktor lulusan Universitas Brawijaya ini memberi catatan kader NU yang layak dipilih itu ada empat kriteria. Pertama integritas, kedua kapabilitas, ketiga otoritas, dan keempat karitas.
Dokter Sukma mengakui NU mempunyai banyak stok kader yang mumpuni. Namun, ada empat kriteria yang bisa menjadi parameter kader NU yang layak direkomendasi.
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
"Siapa pun dia, harus kader yang paham struktural dan kultural NU. Bukan kader dadakan atau mendadak NU," imbuh Sukma.
Sejauh ini ada tiga nama kader NU yang masih bertahan di bursa Pilwali Surabaya 2020. Mereka adalah K.H. Zahrul Azhar Asumta (Pengasuh Ponpes Darul Ulum, Jombang), Dr. Lia Istifhama (Fatayat NU Jatim), dan Eri Cahyadi (Dewan Penasihat GP Ansor Surabaya).
"Semuanya kader NU dan jelas kiprahnya. Tapi yang sudah punya pengalaman membangun Surabaya itu Mas Eri Cahyadi. Beliau saat ini Kepala Bappeko Surabaya. Otak dari perencanaan pembangunan di Surabaya," pungkas Sukma. (mdr/zar)
Baca Juga: Soal PHP Pilwali Surabaya, Bawaslu: Kami Hadir Memenuhi Undangan MK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News