SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pasca rekomendasi PDI Perjuangan diumumkan kemarin (2/9), enam parpol nonparlemen yang tergabung dalam 'Koalisi Membangun Surabaya' (KMS) merapat ke pasangan calon Eri-Armuji. Samsurin, Koordinator KMS menyampaikan pertimbangan bergabung ke Eri-Armuji.
"Pertama, Machfud Arifin (MA) bukan orang partai yang tidak bisa menghargai partai yang tak punya kursi. Kedua, MA merasa sudah menang 70 persen karena didukung koalisi gemuk 8 partai. Ketiga, MA tidak responsif terhadap pergerakan partai nonparlemen dan ormas-ormas besar di Surabaya," Ujar Samsurin kepada bangsaonline.com Kamis (3/9/2020).
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
Lanjut Surin, panggilan Samsurin, alasan lain pihaknya memilih mendukung pasangan Eri-Armuji, karena yakin PDIP bisa solid.
"PDIP solid jika Ketua Umum PDIP Megawati memberikan Instruksi. PDIP kuat dì grassroot karena partai pemenang pemilu. Kedua, PDIP hanya cukup mencari tambahan 4 persen suara untuk menang jika suara 15 kursi (para legislatif) turun ke lapangan untuk memenangkan," menurut pria yang juga sebagai Ketua DPC PBB ini.
"PDIP respons terhadap perkembangan dinamika politik di Surabaya, PDIP didukung oleh NU yang notabene ormas besar di Surabaya," tambahnya.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
"Eri kuat di dalam birokrasi (sistem), dan selama Risma menjabat, tentu Eri memiliki jaringan sosial yang besar. Sedangkan Armudji mempunyai basis massa yang riil dengan memperoleh suara terbanyak di Dapil 1 Jatim pada Pileg 2019," urainya.
Sementara untuk Machfud Arifin, Surin menilai hanya seorang mantan polisi yang hanya paham teritorial daripada massa pemilih Surabaya. "MA menjual kebesaran Jokowi saja. MA mengandalkan sistem jaringan suara lewat korkel untuk mencari massa," pungkasnya. (nf/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News