Oleh: M Mas’ud Adnan---Sebuah video mencuat di media sosial. Viral. Isinya seorang perempuan desa. Madura. Menyanyikan lagu dangdut. Ciptaan Rhoma Irama.
Penampilan perempuan itu sangat udik. Norak. Tanpa rias wajah. Bahkan video itu direkam di sawah.Tempat perempuan itu bekerja.
Baca Juga: UMKM Kue Pia di Gempol Pasuruan Curhat Terdampak Covid-19, Khofifah Janji akan Beri Perhatian Lebih
Karuan saja pakaiannya lusuh. Pakai jarit. Kaos kumal. Kerudung ala kadarnya. Bukan syar’i.
Tapi suaranya merdu. Cengkoknya lumayan.
Video itu diupload seorang kiai. Dari Bangkalan. Di grup WhatsApp (WA).
Baca Juga: Khofifah Sambut Baik PP Penghapusan Kredit Macet yang Diteken Presiden Prabowo
“Artis desa tak berpanggung,” tulis Kiai asal Bangkalan itu memberi caption video tersebut.
Kontan anggota grup WA lain berkomentar. Termasuk para kiai.
“Epa duet sareng…Falen atau Lesti,” tulis seorang kiai dari Sumenep. Maksudnya, perempuan di video itu mau diduetkan dengan Via Vallen dan Lestiani Adryani (Les Kejora atau Lesti Dangdut Academy). Tentu kiai itu bercanda. Karena penampilan perempuan itu dianggap lucu.
Baca Juga: Barisan Jawara Deklarasi Dukung Khofifah-Emil
Tapi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkomentar lain.
“Ini berkelas. Siapa namanya, Kyai,” tanya Khofifah.
Baca Juga: Khofifah Ajak Generasi Muda Cintai dan Lestarikan Wayang
(Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. foto: ist/ bangsaonline.com)
Para kiai langsung tergagap. “Pangapunten…dalem mboten faham Ibu….mangke dalem padosi Ibu Gubernur (Mohon maaf. Saya tidak paham. Nanti saya cari (info) Ibu Gubernur),” tulis kiai yang mengupload video tersebut.
Belakangan diketahui, perempuan itu bernama Nur Tajib. Satu desa dengan kiai yang meng-upload. Bahkan kakak kelas saat sekolah SD.
Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur
Sang Gubernur ternyata serius. Buktinya, video perempuan itu diunggah ke instagram pribadinya, @khofifah.ip.
“Karena bahagia itu kita yang ciptakan. Sesederhana menyanyikan lagu milik bang haji, lengkap dengan cengkoknya,” tulis Khofifah memberi caption video perempuan Madura itu.
Akun sang gubernur langsung dibanjiri komentar. Hebatnya, semua sepakat. Tanpa kontroversi. Semua senang. Semua tersenyum (emoji).
Baca Juga: Sapa Pedagang di Pasar Besar Malang, Khofifah Panen Doa untuk Menang di Pilgub Jatim 2024
“He..he..he..senyumnya tulus ya bun, bikin orang lain senyum juga,” tulis Ikka_naila_putri@eva_m3va.
“ya allah bener bu,” tulis akun atikaungue.
“Ayo viralno” tulis akun Idacreative asli areksuroboyo
Baca Juga: Ketua DPW PKS Instruksikan Kadernya All Out Menangkan Paslon Khofifah-Emil dan Ikfina Dullah
“Wah postingan yang menginspirasi. Indonesia tulen,” tulis fajarputraprastinar.
“Amazing,” tulis joeeviee.
“Madura punya,” tulis alfieetamim.
Baca Juga: Khofifah Komitmen Kembangkan Kawasan Industri di Nganjuk
(Nur Tajib, perempuan yang videonya viral saat menyanyi lagu dangdut ciptaan Rhoma Irama di sawah di Bangkalan Madura. Foto: instargram.)
Apa makna semua ini? Saya menangkap satu hal: mata batin Gubernur Khofifah sangat tajam. Peka dan cermat. Beda dengan penonton lain – termasuk saya (penulis) - yang hanya menangkap sisi kelucuannya. Gubernur Khofifah justru menilai perempuan itu berkelas.
Padahal di mata orang lain - sekali lagi - perempuan Madura itu seolah tak berarti. Hanya lucu plus lugu. Tak lebih.
Khofifah justru melihat dalam persepektif lain: Perempuan itu berkelas! Bahwa bahagia itu kita yang ciptakan. Bahwa bahagia itu bisa diciptakan dari hal biasa. Ini sentuhan sangat manusiawi dan natural. Sekaligus menunjukkan karakter pemimpin yang detail dan cermat dalam melihat sisi-sisi sosial dan kultural rakyatnya.
Tentu ini sangat menarik dan elegan.Gubernur Khofifah bisa mengangkat hal kecil, tapi bisa bernilai besar atau hal biasa menjadi luar biasa.
Narasi sang gubernur pun menyentuh kesadaran kita. Ternyata bahagia itu berada di semua hati orang. Kaya atau miskin. Bahkan orang miskin, under class, kasta bawah, kadang lebih bahagia. Ketimbang orang kaya, pejabat tinggi sekalipun.
Maka benar kata Albert Eisntein. "Kehidupan yang tenang dan sederhana membawa lebih banyak kebahagiaan daripada mengejar kesuksesan tanpa rehat yang selalu dipenuhi kegelisahan," kata fisikawan teoritis asal Jerman, peraih Nobel tahun 1921 itu.
Tapi sukses hidup tetap harus dikejar. ''Sayangnya, setelah itu tercapai, kita kembali ke titik nol. Kita mencari lagi dan lagi apa yang membuat kita bahagia selanjutnya,'' kata Frank T. McAndrew, guru besar psikologi Knox College Illinois, AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News