KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Seorang Guru Tidak Tetap (GTT) di Kabupaten Kediri menekuni usaha kerajinan batik. Ada tiga teknik membatik yang berhasil dikuasai, mulai dari batik tulis dan cap, ecoprint, serta sibori.
Perajin batik yang satu ini bernama Ardini dengan nama label Hardini. Ia tinggal di Desa Papar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. "Usia tidak muda lagi. Namun agar tetap berguna, saya akhirnya belajar membatik," ujar Ardini.
Baca Juga: Blusukan di Kelurahan Tosaren, Bunda Fey Mampir ke Sumber Bulus dan Perajin Batik Djajawarsa
Di sela kesibukannya sebagai GTT di SMPN 1 Papar, Ardini mengikuti les membatik. Tempatnya menimba ilmu tersebut di Batik Suminar, Desa Sekoto, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.
Perempuan berkacamata ini belajar membatik mulai dari teknik dasar hingga akhirnya berhasil menguasai tiga teknik membatik yang populer. Ia pun terus mengembangkan sayap dengan bergabung sejumlah asosiasi batik di tingkat lokal, hingga Jawa Timur.
Seiring dengan kemampuan membatik yang dikuasai, produknya pun kian beragam. Tak hanya berupa kain batik, tetapi juga produk-produk fashion, mulai pakaian, sepatu, hingga tas. Bahkan, di era pandemi Covid-19 ini, Ardini meluncurkan produk masker dari sibori. "Sibori saya buat kaos, tas yang mengarah fashion dan barang jadi," imbuh Ardini.
Baca Juga: Redesain Motif Panji, Mas Dhito Gelar Kediri Fashion Batik Festival
Ardini baru memasarkan produk jadinya melalui media sosial. Memanfaatkan instagram, Ardini memasang nama produknya 'Hardini Batik' dengan akun @hardini_batik.
"Peminat bagus terutama ecoprint dan sibori karena harganya terjangkau. Saya belum pasarkan secara luas, takut tidak bisa melayani pesanan karena masih terikat kesibukan kerja," bebernya.
Diakuinya, permintaan produk kerajinan Batik Ardini datang dari lokal hingga luar Kediri. Permintaan paling banyak berasal dari Kalimantan. Bahkan, Ardini pernah melayani pembeli dari luar negeri.
Baca Juga: Pemkot Kediri Undang Chef Profesional, Warga Ikuti Pelatihan Bakery Gratis
"Saya kerja sama dengan lembaga les Bahasa Inggris di Pare. Kemudian, tenaga asing diajak belajar batik ke sini. Akhirnya, mereka beli," tambahnya.
Ardini mematok harga batiknya mulai dari paling rendah Rp 100 ribu hingga Rp 1,7 juta per potong. Harga ini disesuaikan dengan jenis batik dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Ardini berterima kasih atas peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri. Menurutnya, perhatian pemda sangat bagus. Dinas Pariwisata, Perindustrian Perdagangan, dan UMKM selalu memberikan dukungan melalui berbagai pelatihan. (adv/kominfo)
Baca Juga: Kembangkan Soft Skill Guru PAUD, Dindik Kota Kediri Gelar Workshop Guru Inspiratif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News